4 Perbedaan Bus Gandeng dan Trem Otonom IKN menurut Kemenhub

perbedaan bus gandeng dan trem otonom IKN

Walau tampak mirip, ternyata ada beberapa perbedaan antara bus gandeng dan trem otonom Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tidak diketahui masyarakat.

 

Hal ini menyusul anggapan dari khalayak yang menyebut bahwa trem otonom atau Autonomous Rail Transit (ART) di IKN mirip dengan bus gandeng.

 

Sebagai informasi, saat ini pengoperasian trem otonom atau ART IKN dalam tahap uji coba.

 

Bahkan, pada peringatan HUT RI ke-79 silam, moda tranportasi tersebut sudah dapat mengantar para tamu undangan menuju istana negara.

 

Lantas, apa saja perbedaan antara trem otonom dengan bus gandeng tersebut?

 

Mengutip unggahan dari akun Instagram Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, berikut di antaranya.

 

Perbedaan Bus Gandeng dan Trem Otonom IKN

 

1. Ukuran

 

jokowi naik trem otonom

Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr

 

Perbedaan bus gandeng dan trem otonom yang pertama terletak pada ukurannya.

 

Sesuai PP No.55 Tahun 2012, panjang bus gandeng tidak boleh lebih dari 18 meter.

 

Sementara, keseluruhan panjang tren otonom IKN mencapai 30 meter.

 

Ini membuat trem otonom dapat mengangkut penumpang dengan jumlah yang lebih banyak.

 

2. Bentuk Muka

 

Bentuk muka trem otonom tampak seperti kereta yang mempunyai dua wajah.

 

Itu membuat trem otonom mampu berjalan maju dalam dua arah.

 

Berbeda dengan bus gandeng yang hanya memiliki satu muka saja, seperti halnya bus pada umumnya.

 

3. Jalur

 

jalur bus gandeng di jakarta

Foto: redigest.web.id

 

Perbedaan bus gandeng dan trem otonom berikutnya terletak pada jalurnya.

 

Walau sama-sama berjalan di atas aspal, sejatinya tren otonom hanya bisa berjalan di atas rel virtual.

 

Rel tersebut berupa marka jalan dengan magnet sensor.

 

Fungsi rel dengan magnet sensor untuk mengarahkan trem otonom supaya bisa berjalan sesuai jalur.

 

Kondisi ini membuat trem otonom IKN bisa berjalan tanpa masinis, persis seperti LRT di Jabodebek.

 

Sementara, jalur bus gandeng hanya berupa aspal biasa dan harus dikemudikan oleh seorang sopir.

 

4. Sistem Persinyalan

 

Terakhir, kereta otonom dilengkapi dengan sistem persinyalan canggih yang mirip seperti LRT Jabodebek, bernama Communication-Based Train Control (CBTC).

 

Sistem persinyalan tersebut dirancang agar trem otonom dapat diprioritaskan di jalan raya.

 

Nantinya, kereta dapat mengirimkan sinyal ke lampu lalu lintas pada jarak 100 meter.

 

Alhasil, lampu lalu lintas dapat menyesuaikan keadaan agar kereta otonom bisa berjalan tanpa halangan.

 

Tujuan penggunaan teknologi ini adalah untuk memastikan keselamatan penumpang kereta dan pengguna jalan.

 

Selain itu, teknologi sistem persinyalan ini dapat memberi tahu kereta otonom bila ada halangan di depannya, sehingga laju kereta dapat menyesuaikan.

 

Itulah perbedaan antara bus gandeng dan trem otonom IKN yang menarik diketahui.

 

Baca informasi selengkapnya terkait IKN melalui Rumah123 karena #SemuaAdaDisini.