Di dekat IKN, tepatnya di Balikpapan, terdapat beberapa kampung yang menyandang status kampung iklim. Mari berkenalan dengan kampung-kampung tersebut!
Perubahan iklim kian tak yang menyebabkan berbagai dampak buruk pada lingkungan.
Indonesia tak luput dari dampak perubahan iklim dan bahkan beberapa kali dilanda bencana terkait iklim, seperti banjir dan tanah longsong.
Sepanjang Januari–Desember 2022, tercatat sebanyak 3.494 bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia—hampir setengahnya adalah banjir.
Sepanjang tahun 2022 pun tercatat 1.045 peristiwa cuaca ekstrem, 633 tanah longsor, 251 kebakaran hutan dan lahan, 28 gempa, 26 erosi, dan 4 kekeringan.
Ariyaningsih dan Rajib Shaw, Dosen Urban and Regional Planning Study Institut Teknologi Kalimantan (ITK), meneliti penerapan kampung iklim di Balikpapan untuk merespons perubahan iklim sebagaimana dipublikasikan dalam studi di jurnal Land (2023).
Poster penelitian Ariyaningsih dan Shaw dipamerkan dalam Early Career Professionals (ECP) Poster and Networking Indonesia 2024, Asia Pacific Network (APN) for Global Change Research di Gedung B. J. Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Seperti ini temuan para peneliti asal Graduate School of Media and Governance, Keio University, tersebut.
Konsep Kampung Pintar Iklim
sumber: kompasiana
Kampung pintar iklim adalah konsep yang berasal dari Eropa untuk mengatasi perubahan iklim secara lokal di tingkat kampung.
Dalam hal ini, kampung pintar tersebut memiliki warga yang mampu berinisiatif dan menggagas ide sehingga proaktif ketimbang reaktif atas perubahan iklim.
Dengan demikian, kampung tersebut dapat berkembang dan perekonomiannya maju.
Untuk mengetahui kondisi kampung iklim Balikpapan, peneliti mewawancarai 15 warga dari 15 kampung iklim yang ada pada saat itu.
Responden kemudian ditanya terkait lima indikator kondisi kampung pintar, yakni resiliensi, minilitas, komunitas, perspektif, dan digitalisasi.
Tiap kondisi dinilai dengan skala 1–5; 1 berarti sangat kurang/tidak tersedia/tidak ada, sedangkan 5 berarti bagus/tersedia dengan memadai.
Kampung Iklim di Balikpapan
Ariyaningsih dan Shaw menemukan tiga poin penting dari penelitian tersebut, yakni konservasi bakau, manajemen sampah, dan panen air hujan.
Konservasi Bakau
Balikpapan memiliki banyak kawasan pesisir. Dari hasil wawancara tersebut, Ariyaningsih dan Shaw mengetahui aktivitas warga kampung-kampung iklim di sana paling banyak berupa konservasi bakau.
Konservasi bakau membantu mengurangi dampak perubahan iklim seperti erosi. Hal ini juga meningkatkan dampak ekonomi lokal melalui ekowisata.
Bagi warga Teluk Balikpapan, konservasi hutan bakau meningkatkan panen kayu dan ikan yang menjadi sumber pendapatan utamanya.
Konservasi ini didasarkan pada perluasan akses manajemen kehutanan bagi warga setempat sehingga memungkinkan perekonomiannya terbantu sekaligus menjaga dan meningkatkan tutupan hutan pada lahan.
Manajemen Sampah
Aktivitas kedua paling banyak diterapkan oleh warga pada program ini adalah pengelolaan sampah.
Terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar yang disebut oleh Presiden Joko Widodo sebagai lokasi TPA terbaik di INdonesia pada 2019 lalu.
Pengelolaan sampahnya menggunakan inovasi menarik, yakni pemanfaatan gas metana dari sampah untuk dijadikan sumber energi listrik dan bahan bakar alternatif pada kompor gas.
Warga menerapkan konsep zero-waste saat membuang, mengumpulkan, memproses, dan memanfaatkan sampah padat.
Panen Air Hujan
Pada penelitian tersebut, Ariyaningsih dan Shaw baru menemukan satu kampung yang memanen air hujan sebagai respons masalah air bagi warga setempat.
Potensi Kampung Iklim Baru
Desa Sumberejo yang berdiri sejak 2019 mengubah lahannya sebagai tempat wisata edukatif.
Selain itu, desa tersebut juga menerapkan prinsip ketahanan pangan di tanahnya.
Kendati demikian, pada masa penelitian, kampung tersebut belum terdaftar pada program kampung iklim.
Pemerintah RI berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya global mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs).
Konsep kampung ini rencananya akan menjadi program strategis jangka menengah nasional yang diprioritaskan hingga 2030.
Pada 2025 mendatang, targetnya terdapat 20.000 kampung atau subdistrik yang menjadi kampung iklim.
Kampung-kampung di Balikpapan masih dalam tahap awal menuju kampung pintar. Hal ini dibuktikan dengan hanya 15 kampung yang terdaftar pada tahun 2022. Diperlukan kesiapan dan kesadaran masyarakat setempat untuk mewujudkannya.
Peneliti merekomendasikan tiga strategi Proklim untuk membantu menangani perubahan iklim di tingkat kampung.
Pertama, kolaborasi antar pemerintah diperlukan dalam penerapan program kampung ini.
Kedua, mempromosikan program ini ke sektor lain melalui digitalisasi atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Ketiga, menguatkan partisipasi komunitas dalam menerapkan konsep kampung pintar.
***
Semoga bermanfaat, Property People!
Dapatkan hunian impianmu di Rumah123 karena #SemuaAdaDisini!
**header: tribunnews