Ibu Kota Nusantara (IKN) akan dibangun dengan memadukan tiga konsep perkotaan, salah satunya sebagai kota spons atau sponge city.
Rencana tersebut tercantum dalam rencana induk pembangunan IKN yang tertera pada Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Lalu, apa itu sponge city? Ini merupakan istilah untuk menggambarkan sebuah kota bak spons, yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung menuju ke saluran drainase.
Selain itu, kota spons diharapkan dapat meningkatkan resapan air hujan langsung ke tanah, sehingga dapat meminimalisasi bahaya banjir dan meningkatkan kualitas serta kuantitas air.
Kira-kira, apa saja langkah konkret pemerintah untuk mewujudkan IKN sebagai sponge city? Cek detailnya di bawah ini!
Rencana IKN menjadi Kota Spons Dunia
Melalui rencana induk IKN, telah disebutkan beberapa upaya atau rencana pemerintah untuk mewujudkan Nusantara sebagai kota spons, di antaranya:
1. Ruang Terbuka Hijau dan Biru
Pertama, dengan ruang terbuka hijau dan biru yang tersebar luas, terdistribusi secara merata, dan tersambung.
Elemen-elemen tersebut kemudian menjadi satu kesatuan tata hidrologis untuk menahan sekaligus menyimpan air.
Cara itu juga diproyeksikan dapat meningkatkan kualitas ekosistem perkotaan dan keanekaragaman hayati.
2. Desain Fasilitas Perkotaan Skala Mikro
Cara kedua untuk mewujudkan sponge city adalah dengan desain fasilitas perkotaan.
Dalam skala mikro, contoh desain tersebut adalah memanfaatkan atap hijau pada bangunan-bangunan dan berbagai gedung di IKN.
Atap hijau tersebut dipakai untuk menahan air hujan sebelum diserap air tanah atau sebelum masuk ke drainase IKN.
3. Desain Fasilitas Perkotaan Skala Makro
Sementara, dalam skala makro, akan ada penerapan jalan dan trotoar berpori, biosengkedan, dan sistem bioretensi untuk menahan atau menyerap air hujan dengan cepat.
Konsep Sponge City Sudah Diterapkan di China
Istilah sponge city atau kota spons sebenarnya bukan hal baru.
Pasalnya, beberapa tahun lalu, China sudah menggagas sponge city di beberapa wilayahnya.
Latar belakang yang mendorong China mewujudkan kota spons karena terjadi krisis air di perkotaan, dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Selain tidak memiliki banyak air tawar yang layak konsumsi, wilayah urban di China hanya dapat menyerap air sekitar 20–30 persen air karena perkerasan tanah.
Hal itu tentu mengganggu sirkulasi alami air.
Akibat fenomena tersebut, genangan air di mana-mana, terjadi polusi air dan banjir.
Maka itu, China meluncurkan proyek kota spons sebagai upaya meningkatkan cadangan air, terutama di kawasan urban.
Metode yang dilakukan China untuk menciptakan sponge city adalah dengan membuat atap dan dinding hijau, serta jalan yang permeabel atau dapat ditembus oleh air.
Tidak hanya itu, China kemudian mencanangkan pembangunan berbagai infrastruktur yang bisa menangkap air dan mengembalikannya sebagai cadangan air.
Hasilnya, pada tahun 2020, sebanyak 20 persen wilayah urban sudah mengimplementasikan konsep kota spons.
Usaha yang dilakukan China mulai tampak di kota-kota besar, seperti di Shanghai.
Di wilayah tersebut – khususnya di distrik Lingang atau Nanhui, trotoarnya sudah terintegrasi dengan pohon dan taman.
Trotoarnya juga sudah dibuat permeabel, ada danau buatan yang bisa mengendalikan aliran air, serta banyak bangunan menggunakan konsep atap hijau yang memiliki penampungan air.
Temukan informasi menarik lainnya seputar IKN hanya di Rumah123 karena #SemuaAdaDiSini.