Eco house atau rumah ramah lingkungan adalah konsep hunian yang mengedepankan kelestarian lingkungan dengan mengurangi dampak kerusakan terhadapnya.
Jika melihat kondisi saat ini, di mana pemanasan global semakin parah, maka hunian ini bisa jadi solusi untuk mengurangi kerusakan bumi.
Hunian ini menekankan penggunaan kembali sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti angin dan cahaya matahari.
Dalam kehidupan sehari-hari, bisa juga diterapkan pola hidup ramah lingkungan seperti mengelola dan memilah sampah rumah tangga secara mandiri.
Setelah dipilah, sampah organik dan anorganik dapat didaur ulang atau dijadikan kompos untuk tanaman di depan rumah.
Sama seperti hunian lainnya, terdapat pula ciri atau kriteria dari rumah yang ramah lingkungan.
Salah satunya adalah penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan alih-alih memakai bahan perusak ozon.
Misalnya atap dari baja ringan atau dinding kayu. Bisa juga menggunakan material daur ulang dalam proses pembangunannya.
Kriteria lain dari rumah yang ramah lingkungan adalah efisiensi dalam penggunaan energi listrik dan menghemat penggunaan air.
Kebanyakan rumah dengan desain ini memiliki kaca dan area terbuka di dalamnya, sehingga melancarkan sirkulasi udara serta menambah pencahayaan alami.
Sinar matahari yang masuk ke dalam rumah pun menjadi alternatif penggunaan lampu di siang hari.
Kemudian memilih barang elektronik dengan daya rendah demi menghemat energi listrik.
Sedangkan untuk menghemat air, bisa dengan memakai shower, menggunakan kembali air yang telah digunakan, atau menampung air hujan untuk menyiram tanaman.
Seperti diketahui, rumah ramah lingkungan juga identik dengan area hijau.
Bukan tanpa alasan, ruang terbuka hijau dapat menyejukkan hunian, mengurangi polusi, sekaligus menyaring debu yang berterbangan.
Setidaknya, terdapat beberapa keuntungan dari memiliki rumah hijau yang ramah lingkungan. Beberapa di antaranya adalah:
Alih-alih membutuhkan biaya besar, nyatanya pembangunan eco house cukup terjangkau. Ini berkat penggunaan material daur ulang di dalamnya.
Memang dalam beberapa kasus bujet bisa membengkak akibat pemilihan material yang berkualitas dan mahal.
Namun jika dilihat dalam jangka panjang, pengeluaran tersebut bisa tertutup oleh biaya penggunaan dan perawatan yang relatif terjangkau.
Material daur ulang yang ramah lingkungan dapat dengan mudah ditemukan di toko bahan bangunan setempat, sehingga membantu mengurangi jejak karbon.
Pasalnya, waktu dan jarak tempuh material untuk sampai di lokasi pembangunan lebih singkat sehingga penggunaan bahan bakar pun dapat diminimalisir.
Sebagian besar material konstruksi yang selama ini digunakan disinyalir kurang baik untuk kesehatan.
Lain halnya dengan hunian eco-friendly yang memang dibangun dengan mempertimbangkan kesehatan lingkungan dan penghuninya.
Pembangunannya melibatkan cat yang tidak beracun serta bahan bangunan yang bebas asbes, merkuri, dan styrofoam.
Keunggulan lain dari tinggal di dalam hunian eco-friendly adalah meningkatkan produktivitas penghuninya.
Sebuah studi yang dilakukan pada green building menjadi dasarnya.
Menurut penelitian, persentase karyawan yang absen di perkantoran dengan gedung ramah lingkungan berkurang hingga 40%.
Tak hanya di gedung perkantoran, hal ini juga berlaku pada tempat tinggal.
Tak hanya mengandalkan bukaan jendela atau pintu yang besar, tak jarang kalau hunian ramah lingkungan juga dilengkapi dengan sistem pemanasan geothermal.
Meskipun mahal di awal, sistem ini bisa menjadi investasi jangka panjang karena efektif mengurangi penggunaan listrik PLN.
Efeknya, tagihan listrik bulanan pun akan jadi lebih hemat.