Stasiun Purwosari merupakan stasiun kereta api tipe C yang berada di Kota Surakarta, yang melayani kereta api kelas ekonomi dengan rute area tengah dan selatan Pulau Jawa.Â
Selain itu, stasiun ini juga melayani rute kereta api lokal dan perjalanan menuju Kota Surabaya dan Kabupaten Wonogiri.Â
Stasiun Purwosari tercatat sebagai stasiun tertua kedua di Surakarta yang dibuat oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), setelah Stasiun Solo Balapan.Â
Stasiun ini dibangun pada akhir abad ke-19, dengan melayani rute perjalanan Semarang–Vorstenlanden, Yogyakarta–Solo–Surabaya, dan sebaliknya.
Selain melayani perjalanan antar-kota, Stasiun Purwosari pun melayani perjalanan trem dalam kota yang diprakarsai oleh Solosche Tramweg Maatschappij (STM).Â
Awalnya STM membangun jalur trem Purwosari-Benteng Vastenburg, yang dilanjutkan dengan pembangunan jalur dari Kartasura menuju Boyolali.Â
Menariknya, trem tersebut memanfaatkan tenaga kuda, tetapi kiprahnya tidak bertahan lama. Â
Pasalnya, banyak kuda penarik trem milik STM yang terjangkit penyakit.
Situasi tersebut membuat STM akhirnya menjalin kerja sama dengan NISM.Â
Tepat pada 1 Januari 1911, jalur trem tersebut kemudian diakuisisi oleh NISM.Â
Dilansir dari Kemendikbud, Stasiun Purwosari dibangun pada tanah milik Mangkunegaran.Â
Penguasa Kadipaten atau Praja Mangkunegaran saat itu, Mangkunagara IV, menghibahkan sebidang tanah kepada NISM.Â
Diketahui bahwa tanah yang dihibahkan itu semula merupakan istal kuda dan tempat berlatih para prajurit Mangkunegaran.Â
Meski begitu, Mangkunagara IV menganggap bahwa hibah tanah tersebut merupakan langkah strategis untuk kemajuan wilayah Surakarta, khususnya Praja Mangkunegaran.Â
Selain mempermudah akses transportasi, kehadiran stasiun juga berguna untuk mengangkut berbagai komoditas menuju pelabuhan untuk diseberangkan ke wilayah atau negara lain.Â
Hal tersebut tentunya akan meningkatkan ekonomi di daerah itu.
Apalagi saat itu, Surakarta dan sekitarnya terkenal sebagai produsen gula terbaik.Â
Stasiun Purwosari memiliki arsitektur yang mirip dengan Stasiun Kedungjati dan Ambarawa.
Konstruksinya terbuat dari besi dengan penutup atap terbuat dari seng bergelombang.
Dalam perjalanannya, stasiun ini kerap direnovasi.
Perbaikan pertama terjadi pada 1907, dengan pembangunan stasiun dengan bentuk saat ini.Â
Kemudian pada 2007, stasiun kembali direnovasi dengan pembuatan jalur ganda.
Terakhir, stasiun direnovasi pada 2010 berupa penambahan atap overcapping.Â
Meski sering mengalami renovasi, bangunan utama stasiun yang asli tetap dipertahankan dan dijadikan cagar budaya.
Saat ini, Purwosari melayani perjalanan kereta api dengan rute dari arah barat Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Yogyakarta) hingga timur (Surabaya), dan sebaliknya. Â
Selain itu, stasiun juga melayani rute perjalanan jarak dekat, seperti Solo–Wonogiri.Â
Jalur tersebut melewati rel di pinggir Jalan Slamet Riyadi yang unik dan langka di Indonesia, di mana jalur kereta api berdampingan dengan moda transportasi lain di tengah kota.
Stasiun Purwosari juga menjadi lokasi pemberangkatan kereta wisata uap kuno atau sepur kluthuk Jaladara, yang melayani wisatawan dengan sistem carter.
Â
Â