Goa Kreo merupakan destinasi wisata alam di Semarang tepatnya di kawasan Gunung Krincing, yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga.
Lokasi Goa Kreo ada di Dukuh Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Mijen, Semarang.
Karena berada di kawasan pegunungan, kawasan wisata ini memiliki daya tarik berupa bentang alam hijau dan hawa yang sejuk.
Menariknya posisi objek wisata ini terletak di tengah-tengah Waduk Jatibarang, sehingga membuatnya tampak seperti sebuah pulau kecil.
Kondisi tersebut terjadi setelah Waduk Jatibarang terisi air.
Sebelum pembangunan Waduk Jatibarang, Goa Kreo menyatu dengan daratan di sekitarnya.
Hal unik lain dari Goa Kreo adalah, kehadiran ratusan monyet ekor panjang yang menghuni kawasan tersebut.
Para pengunjung tak perlu khawatir dan takut dengan kehadiran monyet-monyet tersebut, sebab mereka sudah terbiasa dengan manusia.
Kendati demikian, pengunjung tetap harus menaati peraturan yang berlaku untuk menghindari hal-hal tak diinginkan.
Keberadaan monyet ekor panjang yang menjadi penghuni Gua Kreo, konon memiliki kaitan yang erat dengan legenda di kawasan wisata ini.
Legenda yang juga membuat Goa Kreo dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga.
Kisahnya bermula ketika Sunan Kalijaga membutuhkan kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak.
Untuk dapat mencari kayu jati yang diinginkan, Sunan Kalijaga pun bersemedi di Goa Kreo.
Setelah mendapat petunjuk mengenai keberadaan kayu jati, perjalanan pun dilanjutkan.
Syahdan Sunan Kalijaga berhasil menemukan kayu jati yang dimaksud, kemudian didirikannya batang jati itu dengan sebuah selendang.
Akan tetapi, kayu jati tersebut tersangkut di tebing dan sulit diambil.
Dalam kebingungan, muncullah empat ekor monyet berwarna kuning, merah, putih, dan hitam.
Keempat ekor monyet tersebut kemudian membantu Sunan Kalijaga mengambil batang kayu jati yang tersangkut.
Lalu, keempat ekor monyet itu ingin ikut rombongan Sunan Kalijaga ke Demak.
Namun Sunan Kalijaga tidak menghendakinya, serta meminta keempat monyet tersebut menetap dan menjaga kawasan Goa Kreo.
Saat itu, Sunan Kalijaga mengucap “mangreho” kepada monyet-monyet tersebut, yang berarti perintah untuk menjaga atau memelihara.
Dari perkataan itulah, tempat ini kemudian dikenal dengan Goa Kreo.
Menurut kepercayaan yang berkembang, monyet-monyet yang menjadi penghuni di kawasan wisata ini merupakan keturunan dari empat ekor monyet yang membantu Sunan Kalijaga.
Selain menyaksikan pesona alam eksotis, ada banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan pengunjung yang datang ke Goa Kreo, salah satunya aktivitas susur gua.
Kegiatan yang menantang dan mengasyikkan, karena untuk sampai di ujung gua wisatawan harus berjongkok ketika sudah masuk lebih ke dalam gua.
Di awal perjalanan, gua itu memiliki ruangan yang lebar di bagian mulutnya, tetapi semakin menyempit saat ditelusuri ke bagian dalamnya.
Ada mitos berkambang, konon ujung Goa Kreo ini dapat tembus sampai ke Lawang Sewu.
Setelah puas mengeksplorasi wahana rekreasi di Goa Kreo, wisatawan dapat melanjutkan keseruan dengan menjajal berbagai wahana wisata di Waduk Jatibarang.
Ada berbagai aktivitas yang dapat dilakukan mulai dari river tubing, berkeliling dengan speedboat, naik perahu wisata, hingga memancing.
Objek Wisata Goa Kreo buka setiap hari, rincian harga tiket masuknya adalah sebagai berikut:
Tiket Masuk Goa Kreo | |
---|---|
Tiket pada hari biasa | Rp4.250 per orang |
Tiket pada hari libur | Rp5.250 per orang |
Tiket rombongan (minimal 20 orang) | Rp4.000 per orang |