Di tepian Sungai Siak, berdiri sebuah rumah kayu yang menyimpan jejak sejarah Pekanbaru.
Rumah Singgah Tuan Kadi, sebuah bangunan yang sejak tahun 1928 telah menjadi saksi perjalanan para Sultan Siak saat berkunjung ke Senapelan.
Bangunan ini bukan sekadar rumah tradisional, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang masih terawat hingga kini.
Berlokasi di Jalan Perdagangan, Kampung Bandar, rumah ini dulunya milik Tuan Kadhi Kerajaan Siak, H. Zakaria.
Fungsinya sebagai tempat persinggahan Sultan Siak Sri Indrapura beserta rombongan sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi lain di Pekanbaru menjadikannya salah satu situs bersejarah penting di kota ini.
Letaknya yang berada di bawah Jembatan Siak III menambah daya tarik tersendiri, terutama saat senja ketika matahari mulai tenggelam di balik Sungai Siak.
Keberadaan rumah ini erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Siak, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim II.
Penetapannya sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya menegaskan nilai historisnya.
Hingga saat ini, Rumah Singgah Tuan Kadi kerap menjadi lokasi berbagai acara budaya dan festival yang diselenggarakan pemerintah Kota Pekanbaru.
Foto banner: DinaMardiati via Wikipedia, @exploreriau dan @pkucity via Instagram
Alamat Rumah Singgah Tuan Kadi: GCRQ+5WC, Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau 28155.
Dibangun pada tahun 1896 oleh Haji Nurdin Putih, Rumah Singgah Tuan Kadi awalnya berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi Sultan Siak dan pengiringnya sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat kota Senapelan (Pekanbaru).
Lokasinya yang strategis di tepian Sungai Siak menjadikannya bagian penting dalam perkembangan wilayah Senapelan.
Pada tahun 1928, rumah ini mengalami renovasi besar pertama, di mana tangga dan tiang kayu diganti dengan material batu dan semen.
Baca juga: Keseruan Asia Heritage Pekanbaru, Bisa Keliling Asia!
Kepemilikannya pun berpindah kepada menantunya, Haji Zakaria, yang saat itu menjabat sebagai Tuan Kadi atau hakim agama di Kerajaan Siak.
Gelar "Tuan Kadi" sendiri bukanlah nama pribadi, melainkan sebutan bagi pejabat yang bertugas mengadili perkara keagamaan dalam struktur pemerintahan kerajaan.
Wilayah Senapelan pernah menjadi ibu kota Kesultanan Siak sekitar tahun 1775, ketika Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan pusat pemerintahan dari Mempura.
Faktor ekonomi dan perdagangan yang berkembang di sepanjang Sungai Siak menjadikan kawasan ini titik strategis bagi aktivitas kerajaan.
Seiring waktu, Senapelan berkembang menjadi Pekanbaru, kota yang kini dipenuhi arsitektur modern, namun tetap mempertahankan jejak sejarah Melayu, termasuk Rumah Singgah Tuan Kadi.
Bangunan ini telah mengalami beberapa kali pemugaran untuk mempertahankan struktur aslinya.
Pada era 1990-an, kepemilikannya sempat berpindah ke Atan Gope, seorang pengusaha besi tua yang sukses di Senapelan.
Saat ini, rumah singgah tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan berada di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.
Selain menjadi destinasi wisata sejarah, rumah ini juga kerap digunakan untuk berbagai acara budaya dan festival yang diselenggarakan di Pekanbaru.
Baca juga: Museum Sang Nila Utama, Destinasi Wisata Budaya di Pekanbaru
Rumah Singgah Tuan Kadi merupakan rumah panggung khas Melayu yang didominasi oleh material kayu.
Bangunan ini memiliki atap berbentuk limas yang memberikan perlindungan optimal terhadap cuaca ekstrem serta meningkatkan daya tahan bangunan.
Dengan warna utama krem, kuning keemasan, dan biru, rumah ini mencerminkan simbol kebesaran dan maritim yang erat kaitannya dengan budaya Melayu dan Kerajaan Siak.
Meskipun mayoritas struktur menggunakan kayu, bagian tangga rumah ini dibuat dari bata dan dilapisi plester untuk memberikan ketahanan lebih.
Pada tiang tangga terdapat inskripsi “23:7 1928”, yang menandakan tanggal pembangunan tangga batu tersebut, yakni 23 Juli 1928.
Tangga ini berfungsi sebagai akses utama menuju rumah panggung yang ditinggikan untuk menghindari banjir serta serangan binatang liar.
Rumah Singgah Tuan Kadi memiliki beberapa ruangan yang masih dipertahankan sesuai fungsinya di masa lalu. Ruangan-ruangan ini meliputi:
Lantai rumah ini terbuat dari kayu meranti yang dikenal kokoh dan tahan lama.
Di sepanjang dindingnya, terdapat pajangan foto-foto lama yang mendokumentasikan suasana Pekanbaru pada tahun 1960-an, termasuk gambar Jembatan Phonton dan foto Sultan Syarif Kasim II.
Di dalam rumah ini, terdapat koleksi foto lama yang menggambarkan kehidupan masyarakat Pekanbaru sebelum era modernisasi.
Foto-foto ini merupakan dokumentasi dari PT Caltex dan menjadi bagian dari upaya pelestarian sejarah lokal.
Sejumlah benda bersejarah masih tersimpan di rumah ini, seperti:
Kini, Rumah Singgah Tuan Kadi tidak hanya menjadi situs bersejarah tetapi juga digunakan sebagai pusat kegiatan budaya.
Taman bermain yang dibangun di sekitarnya menjadikannya tempat yang ramai dikunjungi, terutama saat perayaan festival kuliner Melayu dan acara budaya lainnya.
Pengunjung dapat mengunjungi Rumah Singgah Tuan Kadi secara gratis. Jam buka 08.00-16.00 WIB.