Pekanbaru adalah ibu kota sekaligus kota terbesar di Provinsi Riau, Indonesia. Kota ini terletak di tepian Sungai Siak dan pada awalnya merupakan kota kecil yang memiliki pasar (pekan) bernama Payung Sekaki atau Senapelan.
Sejarah Pekanbaru tidak lepas dari eksistensi Sungai Siak yang dijadikan jalur distribusi hasil bumi dari pedalaman Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka.
Pada abad ke-18, wilayah yang sekarang menjadi Kota Pekanbaru berada di dalam pengaruh Kesultanan Siak yang dipimpin oleh Sultan Siak ke-4, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Marhum Pekan).
Maka dari itu, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah secara luas dianggap sebagai pendiri Kota Pekanbaru.
Hari jadi kota ini ditetapkan pada tanggal 23 Juni 1784. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pekanbaru tak langsung menjadi ibu kota Riau.
Pada awalnya Pekanbaru (Pakanbaru) dijadikan daerah otonom yang disebut haminte (kotapraja), kemudian menjadi daerah otonom kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah di tahun 1956.
Pekanbaru baru ditetapkan menjadi ibu kota provinsi Riau sebagai pengganti dari Tanjung Pinang pada tahun 1959.
Secara geografis Kota Pekanbaru memiliki posisi strategis karena berada di jalur Lintas Timur Sumatera. Hal ini membuatnya terhubung dengan beberapa kota besar lain di Sumatera seperti Medan, Padang dan Jambi.
Pada tahun 2014, Pekanbaru menjadi kota keempat dengan penduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan, Palembang dan Bandar Lampung, sekaligus kota terbesar kesepuluh di Indonesia.
Sensus Penduduk di tahun 2020 mencatat penduduk Kota Pekanbaru sebanyak 983.356 jiwa. Dari sisi administratif, Pekanbaru memiliki 15 kecamatan dan 83 kelurahan.
Namun pada tanggal 30 Desember 2020, Pemerintah Kota Pekanbaru secara resmi melakukan pemekaran dan penyesuaian serta penghapusan kecamatan dan kelurahan di Kota Pekanbaru. Sehingga total saat ini Kota Pekanbaru memiliki 15 kecamatan dengan 83 kelurahan.
Minang menjadi etnis mayoritas atau terbesar di kota ini, dengan persentase mencapai 40,96% dari total penduduk. Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang.
Populasi yang cukup besar telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai bahasa pasar dan pergaulan yang umum digunakan oleh penduduk Kota Pekanbaru, di samping Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa resmi.
Selain Minang, etnis lain yang memiliki proporsi cukup besar di Pekanbaru adalah Jawa, Batak dan Tionghoa.
Terdapat beragam objek pariwisata di kota ini, beberapa di antaranya adalah Museum Sang Nila, Asia Heritage Pekanbaru, Rainbow Hills dan Danau Buatan Kayangan.
Ada pula makanan khas Pekanbaru yang biasa dijadikan oleh-oleh, seperti peyek jangkrik, kacang pukul, enting-enting, kue bangkit, bolu kemojo, keripik nanas, dodol kedondong dan salai ikan patin.
Sedangkan dari segi perekonomian, perkembangan Kota Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya.
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota ini.
Penemuan cadangan minyak bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari kawasan lain.
Tak heran kalau Kota Pekanbaru sempat dikenal sebagai “ibu kota minyak bumi Indonesia”. Secara keseluruhan, terdapat enam blok minyak bumi di Provinsi Riau, antara lain Siak Block, Rokan, Mountain Front Kuantan, Selat Panjang, Malacca Strait dan Coastal Plains Pekanbaru.
Namun kini, julukan Pekanbaru beralih jadi Kota Madani dengan tujuan menjadi kota yang berisikan masyarakat agamis dan berperadaban, berkualitas dan berkemajuan.
Tentu saja, semua keunggulan di atas membuat Pekanbaru sebagai kota yang cocok untuk dipilih oleh berbagai kalangan.
Mencari rumah di wilayah ini pun cukup mudah, karena Rumah123.com menawarkan banyak rekomendasi rumah dijual di Pekanbaru dengan berbagai tipe, desain, dan harga.
(23-6-1784)
(994,585)
(15)
(83)
(3.049.675)
(23° - 32°C)
(10 km/jam)
(68%)
(Ekstreme)
(632,2 km²)