Kota Mataram merupakan salah satu kota yang cukup populer di Indonesia.
Berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), kota ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi para pelancong.
Kota yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 1993 ini berstatus sebagai ibu kota NTB.
Ada banyak daya tarik dari Kota Mataram, selain kekayaan wisata alam dengan pemandangan menakjubkan, kota ini juga memiliki kekayaan budaya yang unik.
Hal tersebut membuat Kota Mataram tidak hanya menarik untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata, melainkan juga pilihan tempat tinggal.
Kota Mataram memiliki luas daratan 61,30 km² dan perairan laut seluas 56,80 km², serta terdiri dari enam wilayah kecamatan.
Keenam wilayah tersebut meliputi Kecamatan Ampenan, Sekarnela, Mataram, Selaparang, Cakranegara, dan Sandabudaya.
Kota Mataram tercatat sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Maka itu, kota ini memiliki peran krusial sebagai simpul utama transportasi dan kegiatan perdagangan berskala daerah.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mataram Tahun 2021–2026, kota ini memiliki potensi pengembangan wilayah pada sektor perdagangan dan jasa, industri, pertanian dan perikanan, serta pariwisata.
Dari keempat sektor tersebut, pariwisata tentu menjadi sektor pembangunan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kota Mataram.
Pengembangan bidang pariwisata didukung dengan keberadaan kawasan strategis, berupa Kawasan Mutiara Sekarbela, kawasan rekreasi pantai dan Situs Makam Loang Baloq.
Hal lain yang patut diketahui mengenai Kota Mataram, tentu saja asal usul penggunaan nama tersebut.
Pertama, merujuk pada nama kerajaan yang berpusat di Yogyakarta, yakni Kerajaan Mataram.
Kedua, tentu saja merujuk pada nama ibu kota NTB, Kota Mataram.
Kata “mataram” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta; matta dan aram.
Matta berarti “ibu,” sedangkan “aram” dimaknai sebagai “hiburan”.
Sehingga matta-aram atau mataram, dapat diartikan sebagai kota yang melambangkan pernyataan kegembiraan sebagai hiburan.
Selain itu, kata ini merupakan lambang kegairahan hidup untuk membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan lebih cerah.
Kota Mataram memiliki julukan Kota Seribu Masjid, sejalan dengan julukan Pulau Lombok yang juga dijuluki Pulau Seribu Masjid.
Hal tersebut dikarenakan, mayoritas penduduk di Kota Mataram maupun Pulau Lombok beragama Islam, sehingga wajar bila banyak masjid yang tersebar di seluruh kecamatan dan desa kota tersebut.
Julukan Kota maupun Pulau Seribu Masjid disematkan pada 1970, ketika Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama saat itu, Effendi Zarkasih, sedang melakukan kunjungan kerja.
Selama kunjungan kerja yang dilakukan dalam rangka meresmikan Masjid Jami Cakranegara, Effendi merasa terkesan melihat banyaknya masjid yang berdiri di Pulau Lombok.
Secara spontan ia menyebutkan bahwa Lombok adalah Pulau Seribu Masjid. Setelah ditelusuri, ternyata penjulukkan tersebut memang tidak salah kaprah.
Pada kenyataannya, berdasarkan catatan Taufan Hidjaz, seorang dosen dari Institut Teknologi Nasional, terdapat 3.767 masjid besar dan 5.184 masjid kecil yang tersebar di 518 desa di Pulau Lombok.
Beberapa masjid terbesar di Kota Mataram antara lain: Masjid Raya Nurul Bilad, Masjid Darussalam Kopang, Masjid Agung Praya, Masjid Jami' Al-Mujahidin Selong, dan Masjid Raya Hubbul Wathan.