Masjid Sabilillah Malang adalah saksi dari pertempuran heroik 10 November 1945.
Dalam peristiwa tersebut, arek-arek Malang yang tergabung dalam Laskar Sabilillah dan Hizbullah, berbondong-bondong untuk melawan sekutu.
Keberanian mereka tertuang dalam Masjid Sabilillah Malang, sebuah monumen perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Masjid ini berdiri di tempat para pejuang berdiskusi dan menyiapkan strategi perang, yakni di pintu masuk Utara Malang.
Berlokasi di Blimbing, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, masjid di Malang yang terkenal ini sekarang menjadi objek wisata religi.
Sebagai salah satu dari 23 masjid percontohan nasional oleh Kementerian Agama, masjid ini tidak hanya menonjolkan keindahan bangunan, tetapi fasilitas dan programnya.
Masjid Sabilillah Malang memainkan peran krusial dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dulunya, tempat berdiri masjid ini berupa gubuk yang dijadikan markas strategis bagi arek-arek Malang, anggota Laskar Sabilillah dan Hizbullah.
Saat itu, KH Zainul Arifin memimpin Laskar Sabilillah dan KH Masykur memimpin Laskar Hizbullah dalam Pertempuran 10 November di Surabaya.
Untuk mengenang perjuangan mereka, KH Zainul Arifin mengusulkan pembangunan masjid di tanah tersebut, yang awalnya direncanakan sebagai monumen perjuangan.
Pembangunan masjid dimulai pada tahun 1968, tetapi sempat dihentikan sementara karena beberapa kendala.
Baru pada tahun 1974 pembangunan kembali dimulai atas inisiatif KH Masykur.
Enam tahun kemudian, tepatnya tahun 1980, Masjid Sabilillah berdiri sebagai simbol perjuangan dari arek-arek Malang.
Sebagai monumen perjuangan, tentu saja setiap detail arsitektur masjid besar di Malang ini dipilih dengan pertimbangan mendalam.
Tiap bagian masjid berhubungan dengan simbol kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus simbol-simbol keislaman.
Secara garis besar, bangunan masjid yang berdiri di lahan seluas 8.100 m² ini terdiri dari tiga bangunan, yaitu:
Pilar penyangga kubah Masjid Sabilillah Malang berjumlah sembilan, melambangkan sembilan Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Sedangkan pilar luar berjumlah 17, simbol tanggal kemerdekaan Indonesia, dengan jarak antar pilar 5 meter yang mencerminkan Pancasila dan rukun Islam.
Masjid di Malang yang terkenal ini memiliki kubah tengah dengan diameter 20 meter, yang melambangkan sifat wajib Allah SWT.
Terakhir, menara masjid ini berbentuk segi enam, mencerminkan rukun iman dalam Islam yang berjumlah enam.
Sedangkan tingginya 45 meter, sesuai tahun kemerdekaan Indonesia.
Jarak dari lantai hingga atap 8 meter, melambangkan bulan kemerdekaan Indonesia.
Terdapat pula prasasti di teras yang menyatakan “Masjid Sabilillah sebagai monumen perjuangan kemerdekaan RI 1945 yang dipelopori oleh alim ulama.”
Masjid Sabilillah Malang dikenal karena kebersihan dan kerapian yang terjaga dengan baik.
Saat memasuki halaman parkir, jamaah disambut oleh area parkir yang luas, tertata rapi dan terawat dengan baik.
Prestasinya sebagai Masjid Besar Terbaik Nasional 2022, memang mencerminkan komitmennya terhadap standar kualitas tinggi.
Interior masjid juga memperlihatkan perawatan yang teliti, mulai dari kebersihan karpet hingga kilap pilar-pilar dan dindingnya.
Masjid besar di Malang ini memiliki tiga unit kerja utama, yaitu:
Pada bulan Ramadhan, aktivitas di masjid semakin ramai dengan berbagai kegiatan keagamaan.
Mulai dari pembagian takjil gratis, shalat tarawih, kajian Islam, hingga Shalat Qiyamul Lail dan pengajian Nuzulul Qur’an.
Dengan kegiatan ini, Masjid Sabilillah Blimbing Malang tetap menjadi tempat yang ramai diisi oleh para jamaah.
Tidak jauh dari masjid di Malang yang terkenal ini, terdapat beberapa destinasi menarik yang bisa dikunjungi.
Beberapa di antaranya adalah: