Candi Badut merupakan situs sejarah berupa bangunan suci bercorak Hindu peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang.
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang bekerja di Malang, bernama Maureen Brecher.
Brecher melaporkan penemuannya itu, yang segera direspons oleh pemerintah Hindia Belanda.
Lewat Jawatan Purbakala Hindia Belanda, Candi Badut pun kemudian dipugar pada tahun 1925 dibawah pengawasan B De Haan.
Pada 1990, Candi Badut kembali dipugar oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, yang memperkokoh konstruksi bawah candi.
Candi Badut dibangun pada abad ke-8, sekitar tahun 760 Masehi.
Merujuk tahun pembuatannya, Candi Badut bisa dibilang sebagai candi tertua di Jawa Timur.
Diyakini bahwa candi ini dibangun pada masa awal kepemimpinan Raja Gajayana, yang memerintah Kerajaan Kanjuruhan dari tahun 760 hingga 789 Masehi.
Keyakinan tersebut mengacu pada isi Prasasti Dinoyo, yang mengisahkan tentang Gajayanalingga Jagatnata atau Raja Gajayana.
Disebutkan pada baris keempat prasasti berbahasa Sansekerta itu, Raja Gajayana membangun candi untuk Agastya demi membinasakan penyakit yang menghilangkan semangat (kekuatan).
Para ahli meyakini bahwa candi yang dimaksud pada Prasasti Dinoyo adalah Candi Badut.
Adapun mengenai asal-usul penamaannya, kata “badut” diambil dari bahasa Sansekerta bha-duyut yang berarti “sorot bintang Canopus.”
Dinamakan demikian, Candi Badut dimaksudkan untuk menjadi pelita dalam kegelapan, mengingat Canopus sendiri merupakan bintang paling terang kedua di angkasa.
Pendapat lain menyebut, kata “badut” yang diambil sebagai nama candi merujuk pada penyebutan nama kecil Raja Gajayana, Sang Liswa.
Kata “liswa” memiliki arti “suka melucu” atau dalam bahasa Jawa disebut mbhadut.
Dilansir dari berbagai sumber, Raja Gajayana memang sosok jenaka yang senang melucu.
Meski berada di Jawa Timur, arsitektur bangunan Candi Badut lebih mirip dengan candi-candi yang berada di Jawa Tengah.
Hal tersebut disebabkan karena bentuk bengunannya yang tambun, sementara kebanyakan candi di Jawa Timur memiliki bentuk yang lebih ramping.
Selain dari bentuk bangunan, Candi Badut disebut mirip dengan candi-candi di Jawa Tengah karena pahatan Kalamakara di ambang pintunya.
Kalamakara adalah kepala dan wajah raksasa yang biasanya ditempatkan di pintu masuk candi, dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat.
Kebanyakan Kalamakara pada candi-candi Jawa Timur dibuat lengkap dengan rahang bawah.
Nah, bentuk Kalamakara di Candi Badut dibuat tanpa rahang bawah, mirip dengan Kalamakara yang terdapat pada candi-candi di Jawa tengah.
Selain dijadikan sebagai situs sejarah, Candi Badut juga difungsikan sebagai destinasi wisata edukasi bagi masyarakat umum.
Harga tiket Candi Badut Malang adalah Rp.10.000/orang.
Candi Badut dibuka setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 15:00 WIB.
Fasilitas publik yang tersedia di Candi Badut pun cukup lengkap, meliputi:
Fakta unik lain dari Candi Badut adalah, relief candi ini pernah dijadikan motif corak pada jersey klub sepak bola Indonesia Arema FC.
Klub berjuluk Singo Edan itu membubuhkan relief Candi Badut sebagai motif corak jersey tim di Liga 1 Indonesia 2021/2022.
Tujuannya untuk memberi motivasi kepada skuad Arema dalam mengarungi kompetisi, dengan semangat yang terinspirasi dari masa kejayaan Kerajaan Kanjuruhan.
Selain itu, penyematan relief Candi Badut pada motif jersey Arema pun dimaksudkan untuk memberi kedekatan emosional bagi publik Malang Raya.