Masjid Agung Al Azhar dikenal juga sebagai Masjid Al Azhar Jakarta, merupakan sebuah bangunan keagamaan yang terletak di Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Didirikan oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, masjid ini awalnya didesain untuk memenuhi kebutuhan keagamaan di sekitarnya.
Pada awal pembangunannya, masjid ini memegang gelar sebagai Masjid Agung Jakarta sampai tahun 1978, ketika predikat tersebut beralih ke Masjid Istiqlal.
Selain menjadi sebuah landmark keagamaan di Jakarta Selatan, ternyata masjid ini memiliki nilai sejarah yang mendalam.
Mari bersama-sama kita eksplor peran dan kontribusi masjid ini dalam membentuk kehidupan sosial dan keagamaan di ibu kota Jakarta.
Konstruksi masjid ini dilaksanakan dalam rentang waktu 1953–1958, serta semula diresmikan sebagai Masjid Agung Kebayoran.
Pembangunan masjid ini didorong oleh 14 tokoh Masyumi yang ingin memiliki pusat ibadah utama di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Gagasan awalnya berasal dari gagasan Mr. Syamsudin, Menteri Sosial Indonesia saat itu.
Pada tahun 1960-an, Rektor Universitas Al-Azhar Kairo Prof Dr. Mahmoud Syaltout, memberikan ceramah di Masjid Agung Kebayoran.
Terkesan dengan kemegahannya, ia pun menyarankan untuk mengubah namanya menjadi Masjid Agung Al Azhar.
Nama ini juga untuk menghormati Buya Hamka, seorang ulama dan aktivis Islam yang dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Al-Azhar Mesir.
Masjid Al Azhar Kebayoran pernah menjadi masjid terbesar di Jakarta sebelum Masjid Istiqlal selesai dibangun pada tahun 1978.
Pada tahun 1993, Pemda DKI Jakarta menetapkannya sebagai situs tapak sejarah perkembangan Kota Jakarta dan sebagai cagar budaya nasional.
Bangunan Masjid Agung Jakarta ini diciptakan dengan menggabungkan elemen arsitektur dari Masjid Hij’ di Arab Saudi dan Masjid Qibtiyah di Mesir.
Tujuannya adalah menjadikannya sebagai pusat kegiatan dakwah dan sosial, termasuk pernikahan dan kegiatan lainnya.
Pemilihan warna putih yang mendominasi eksterior masjid besar di Jakarta ini, memberikan kesan kesucian dan kemegahan.
Anak tangga yang harus dilewati sebelum mencapai pintu masuk pun semakin menambah kesan elegan.
Meskipun sederhana, bentuk dan ornamen masjid ini tetap memancarkan keanggunan.
Kubah besar berwarna putih menambah keanggunan masjid, menciptakan kesan megah dan kokoh seperti kubah yang terdapat di Taj Mahal, India.
Desain interior masjid dipenuhi dengan ornamen lengkungan baik pada tiang maupun jendela, menciptakan ciri khas konstruksi era 1950–1960-an.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah dan dakwah, Masjid Al Azhar Kebayoran juga berperan sebagai sarana pendidikan.
Kompleksnya mencakup sekolah dan universitas, menjadikannya salah satu masjid modern pertama di Indonesia.
Fasilitas yang lengkap termasuk perpustakaan Islam, ruang kuliah, ruang seminar, klinik kesehatan, ruang kelas untuk mata pelajaran agama, dan asrama.
Setelah menikmati keindahan masjid besar di Jakarta ini, ada baiknya kamu juga mengunjungi destinasi lain di sekitarnya.
Dari stadion sampai pusat perbelanjaan ternama, berikut daftarnya:
Sejak dibangun pada tahun 1960-an, Gelora Bung Karno (GBK) sering menjadi tuan rumah berbagai acara olahraga dan hiburan besar.
Tidak hanya menjadi tempat event besar, stadion ini juga sering dipakai untuk berolahraga oleh warga sekitar.
Jaraknya kurang lebih 2,6 km atau 9 menit berkendara dari Masjid Agung Al Azhar.
Berikutnya ada Taman Langsat, salah satu ruang terbuka hijau di Jakarta Selatan.
Tempat ini sering dijadikan tempat santai warga setempat, menawarkan nuansa alam yang menyegarkan di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan.
Waktu tempuhnya hanya 7 menit dari masjid besar di Jakarta Al Azhar.
Terakhir, ada Gandaria City yang menjadi pusat ritel terbesar di Jakarta Selatan.
Sebagai pusat perbelanjaan dan gaya hidup di metropolitan, mal ini sering menjadi destinasi favorit untuk berbelanja dan bersantap kuliner lezat.
Jaraknya ke Masjid Al Azhar Jakarta pun cukup dekat, sekitar 10 menitan saja.