Jakarta Selatan terkenal sebagai kawasan elit yang menjadi pusat bisnis hingga tempat nongkrong anak-anak muda ibu kota.
Sejak dulu, Jakarta Selatan memang dikenal sebagai kawasan elit, pemukiman orang-orang dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas.
Ada banyak kawasan elit yang terkenal di kawasan Jakarta Selatan, mulai dari daerah Kemang, Pondok Indah, hingga Cipete.
Tidak hanya perumahan elit, berdiri gedung perkantoran, pusat bisnis, pusat perbelanjaan, dan pusat hiburan di daerah tersebut.
Karena itu, Jakarta Selatan atau lebih dikenal dengan sebutan Jaksel, acap kali disebut sebagai kota administrasi “paling kaya” di Jakarta.
Meski pamor Jaksel saat ini lebih dikenal sebagai kawasan paling elit di ibu kota, tetapi kawasan ini juga dikenal dengan sebutan kota taman.
Hal tersebut dikarenakan, ada banyak taman tematik yang tersebar di sejumlah wilayah Jakarta Selatan, sehingga lingkungan yang relatif terasa asri.
Tercatat ada lebih dari 10 taman dengan kategori layak dikunjungi wisatawan, di antaranya Taman Spathodea, Taman Ayodya, Taman Mataram, hingga Taman Langsat.
Menurut sejarahnya, sejak zaman kolonial Belanda kawasan Jaksel memang dikenal teduh lantaran banyaknya pepohonan yang tumbuh di kawasan tersebut.
Selain itu, Jakarta Selatan sejak masa Hindia Belanda merupakan daerah perkebunan, yang banyak ditumbuhi tanaman karet dan jati.
Hal tersebut dikarenakan pada masa pendudukan Belanda, Jakarta Selatan memang dirancang sebagai kawasan onderneming atau daerah perkebunan budi daya.
Tanaman yang banyak dibudidayakan adalah karet dan jati. Kemudian, banyak pula tumbuh pohon buah-buahan di Jakarta Selatan.
Hal tersebut membuat banyak kawasan di Jaksel dinamai dari nama buah-buah, seperti Gandaria, Kemang, hingga Bintaro.
Selain dikenal dengan kota taman, Jakarta Selatan juga merupakan salah satu kawasan di Jakarta dengan resapan air terbaik.
Pasalnya sejak tahun 1965, Jaksel memang diproyeksikan sebagai daerah resapan air.
Maka itu, pembangunan gedung maupun perumahan di kawasan ini agak dibatasi.
Ada aturan soal penggunaan lahan jika membangun gedung atau perumahan di Jakarta Selatan.
Pembangunan yang dilakukan di Jakarta Selatan tidak boleh memakan total keseluruhan lahan, tetapi harus disisakan sekitar 70–80% untuk kawasan tangkapan air.
Misalnya Anda memiliki lahan 100 meter persegi untuk dibangun gedung, dari total luas lahan tersebut hanya 20–30% saja yang boleh dijadikan bangunan.
Adapun sisanya harus difungsikan sebagai area hijau dan resapan air.
Adanya aturan tersebut membuat Jakarta Selatan memiliki lingkungan lebih hijau dan asri ketimbang kota lainnya di Jakarta.
Secara geografis, Jakarta Selatan memang memiliki resapan air yang cukup bagus.
Ini ditandai dengan banyaknya danau atau situ dan ruang-ruang terbuka hijau di daerah tersebut.