Keraton Kanoman merupakan salah satu situs sejarah peninggalan Kerajaan Cirebon, yang masih berdiri hingga saat ini.
Keraton Kanoman berada Jalan Kanoman No.40, Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Lokasi keraton ini sejatinya berada di area pusat Kota Cirebon, letaknya tidak jauh dari Keraton Kasepuhan dan Pasar Kanoman.
Komplek Keraton Kanoman Keraton Kanoman dibangun pada lahan seluas 6 hektare.
Komplek keraton ini terdiri dari banyak bangunan dengan fungsi bermacam-macam.
Di dalam keraton ini juga tersimpan sejumlah pusaka dan barang-barang bersejarah, salah satunya kereta kencana Paksi Naga Liman dan Jempana.
Sejarah Keraton Kanoman tentunya tidak bisa dilepaskan dari keruntuhan Kerajaan Cirebon pada tahun 1666.
Sejarah berdirinya Keraton Kanoman pun erat kaitannya dengan Keraton Kasepuhan.
Pasalnya, awal-mula dibangunnya Keraton Kanoman ini ada hubungannya dengan kejadian pengasingan penguasan Cirebon.
Kala itu, Cirebon dikuasai oleh Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi, yang diasingkan oleh mertuanya sendiri yakni Sultan Amangkurat I dari Mataram.
Pengasingan terjadi setelah Sultan Amangkurat I menuduh Panembahan Ratu II bersekongkol dengan Banten untuk meruntuhkan kekuasaannya di Mataram.
Kemudian, Panembahan Ratu II pun diasingkan ke Surakarta dan wafat pada tahun 1667.
Pengasingan Panembahan Ratu II membuat kekuasaan Kerajaan Cirebon beralih ke Mataram.
Pengambilalihan sepihak itu membuat Raja Banten Sultan Ageng Tirtaya berang.
Sultan Ageng kemudian bertindak dengan membebaskan kedua putra Panembahan Ratu II, Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya dan Pangeran Martawijaya.
Permasalahan di Kerajaan Cirebon tidak lantas berhenti, konflik internal mengenai perbedaan pendapat penerus kerajaan terjadi.
Sultan Ageng Tirtayasa kembali bertindak dengan memecah Kesultanan Cirebon menjadi tiga; Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon.
Kesultanan Kanoman diberikan kepada Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya, sedangkan Kesultanan Kasepuhan diberikan kepada Pangeran Martawijaya.
Sementara, Pangeran Wangsakerta menjadi panembahan di Cirebon.
Pada 1678, Pangeran Muhammad Badrudin Kartawijaya pun resmi menjadi pemimpin Kerajaan Kanoman dengan gelar Sultan Anom I.
Keraton Kanoman masih difungsikan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya.
Berbagai kegiatan adat dan keagamaan pun masih kerap dilaksanakan di sini.
Bahkan, Keraton Kanoman pun dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata.
Jika hendak berkunjung ke Keraton Kanoman, ada sejumlah spot terbaik untuk dikunjungi, mulai dari gedung pusaka, patung harimau, hingga tujuh sumur keraton.
Sebagai tempat wisata, Keraton Kanoman buka setiap hari mulai pukul 09:00–17:00 WIB.
Tiket masuknya terbilang murah, dibanderol dengan harga Rp10.000 per orang.
Selain itu, siapkan juga uang untuk retribusi parkir.
Waktu terbaik untuk mengunjungi Keraton Kanoman adalah pada pagi hari, agar Anda bisa lebih leluasa menjelajah isi keraton.