Masjid Raya Bandung yang dulu dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung, adalah sebuah masjid terkenal yang ada di Provinsi Jawa Barat.
Masjid Raya Agung ini berada di Alun-Alun Bandung, dekat ruas Jalan Asia-Afrika yang notabene merupakan area pusat Kota Kembang.
Di ruas jalan yang sama berdiri megah Gedung Merdeka dan Hotel Preanger, dua bangunan yang lekat dengan sejarah Konferensi Asia-Afrika.
Masjid ini merupakan bangunan bersejarah sekaligus landmark Kota Bandung.
Berdiri pada abad ke-19, begini sejarang pembangunan Masjid Raya Bandung.
Masjid Raya Bandung dibangun pada tahun 1812.
Awalnya, Masjid ini dibangun dengan bentuk yang sederhana, terlihat dari tiang-tiangnya yang memakai kayu dan bambu, beratap rumbia, serta dilengkapi kolam besar untuk wudhu.
Kemudian, pada tahun 1825, masjid Alun-Alun Bandung mengalami kebakaran.
Setahun setelahnya, Masjid Agung Bandung direnovasi bersamaan dengan pembangunan Jalan Groote Postweg atau Jalan Asia Afrika.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang.
Sebut saja seperti pengajian, perayaan Maulid Nabi, Rajaban atau peringatan hari besar Islam lain.
Bahkan, tempat ini juga digunakan sebagai tempat diadakannya akad nikah.
Untuk memenuhi aktivitas masyarakat, pada tahun 1900 dilakukan beberapa perubahan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di kiri dan kanan).
Pada tahun 1930, Masjid di Bandung ini kembali direnovasi dengan menambah paviliun sebagai teras, serta membangun dua menara di samping bangunannya.
Sebelum Konferensi Asia Afrika 1955, masjid ini direnovasi secara besar-besaran berdasarkan desain Sukarno.
Minaret dan bagian depan masjid dibongkar, membuatnya menjadi ruangan besar dengan halaman sempit untuk tamu Konferensi Asia Afrika.
Pada tahun 1973, masjid kembali mengalami perubahan besar berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat.
Lantainya diperluas, dibuat bertingkat dengan ruang basement untuk wudhu, lantai dasar untuk sholat utama dan kantor DKM, serta lantai yang terhubung dengan serambi luar.
Baca Juga
Masjid yang terletak di pusat Ibu kota Jawa Barat ini merupakan tempat favorit bagi masyarakat karena fasilitasnya yang lengkap.
Selain tempat beribadah, fasilitas yang disediakan juga mendukung kenyamanan dan keamanan para pengunjung, di antaranya:
Ini memungkinkan tidak hanya untuk kegiatan ibadah, tetapi juga untuk berbagai keperluan dan aktivitas komunitas lainnya.
Baca Juga
Masjid Raya Bandung dirancang oleh empat arsitek terkenal dari Bandung, yaitu Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man, dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.
Rancangan awalnya adalah mempertahankan sebagian bangunan lama masjid, termasuk jembatan penghubung masjid dengan alun-alun.
Salah satu perubahan pada bangunan lama adalah bentuk atap kubah besar berdiameter 30 meter, serta menambah dua kubah kecil di bangunan baru.
Untuk membuat kubah besar itu lebih ringan, mereka menggunakan konstruksi space frame dengan material metal tahan panas.
Sementara, dua kubah kecil di bangunan baru menggunakan konstruksi serupa, tetapi dengan material transparan agar cahaya masuk ke dalam masjid.
Bangunan tambahan dibangun di lahan bekas jalan di depan masjid, dengan tambahan dua menara setinggi kurang lebih 81 meter.
Pengunjung bisa naik ke dua menara ini dan menikmati pemandangan Kota Bandung.
Bagian depan masjid juga diubah, dengan parkir di bawah tanah dan taman di atasnya, seperti alun-alun tradisional.
Di dalam masjid terdapat dua bagian utama; ruang depan yang digunakan untuk acara-acara seperti pengajian, pernikahan, dan tempat istirahat.
Ada juga ruang salat utama yang lebih besar, terpisah dari ruang depan dan terhubung dengan jembatan di atas ruang wudhu.