Keraton Pajang merupakan cagar budaya yang terletak di perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, serta Desa Makamhaji di Kabupaten Sukoharjo.
Meski saat ini Kompleks Keraton Pajang hanya tinggal puing-puingnya saja, kita masih bisa melihat bentuk keraton tersebut melalui pondasi yang tersisa.
Cagar budaya ini menarik untuk dikunjungi, karena kita bisa melihat bagaimana Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya memulai Kerajaan Pajang di masa lalu.
Sekalipun usia Kerajaan Pajang hanya sebentar, setidaknya kerajaan Islam ini cukup berpengaruh di Jawa pada abad ke-16.
Runtuhnya Kerajaan Pajang bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede, serta menjadi titik akhir kekuasaan Sultan Hadiwijaya.
Didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, Keraton Pajang mencapai puncak kejayaannya setelah beberapa tahun kemudian.
Keraton ini memiliki karakteristik agraris yang kuat, bahkan mampu menggantungkan sumber perekonomiannya pada sektor pertanian.
Hal itu tidak lepas dari letak kerajaan yang ada di dataran rendah persimpangan Sungai Pepe dan Dengkeng, penghasil beras utama di Pulau Jawa.
Sultan Hadiwijaya sendiri memerintah selama 15 tahun, serta telah berhasil menguasai wilayah Madiun, Blora, dan Kediri.
Pada tahun 1582, terjadi perang antara Keraton Pajang dan Kerajaan Mataram.
Setelah pulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya sebagai pemimpin kerajaan jatuh sakit dan meninggal.
Setelah kematian Sultan Hadiwijaya, Kerajaan Pajang mulai mengalami kemunduran karena terjadi persaingan untuk merebut takhta.
Putra Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benawa, beserta menantunya Arya Pangiri, saling bersaing untuk menjadi raja.
Pada tahun 1583, Arya Pangiri berhasil menjadi raja, sementara Pangeran Benawa diusir ke wilayah Jipang.
Namun, selama pemerintahan Arya Pangiri, fokusnya hanya pada balas dendam terhadap Kerajaan Mataram sehingga kehidupan rakyat terabaikan.
Pangeran Benawa merasa prihatin, sehingga pada tahun 1586 ia melancarkan serangan dengan bantuan Sutawijaya dari Kerajaan Mataram.
Dalam serangan tersebut, Arya Pangiri kalah dan dipulangkan ke Demak, sementara Pangeran Benawa dinobatkan sebagai raja ketiga Kerajaan Pajang.
Sisa-sisa Kerajaan Pajang tidak begitu banyak, hanya ada Masjid Laweyan yang kabarnya didirikan oleh Sultan Hadiwijaya.
Masjid ini telah beberapa kali direnovasi dan masih berfungsi sebagai tempat ibadah sampai sekarang.
Di daerah Pajang, hanya ada reruntuhan yang dipercaya sebagai bekas Keraton Pajang yang dapat ditemukan.
Keraton Pajang beralamat di Dusun I, Makamahaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Keraton Pajang ini buka setiap hari Senin sampai Minggu, selama 24 jam.
Bagi wisatawan yang hendak berkunjung, tidak dikenakan biaya masuk ke dalam Keraton Panjang alias gratis.
Kendati demikian, selalu patuhi segala aturan dan kepercayaan lokal yang berkembang di tempat tersebut, ya.
Jaga kebersihan lingkungan keraton, sebab lokasi tersebut merupakan salah satu cagar budaya yang penting bagi Indonesia.