Kabupaten Klaten
Temukan beragam hunian menarik di Klaten, Kota Seribu Candi dengan suasana nyaman. Cek panduannya di sini!
Klaten adalah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Letaknya tepat berada di antara Kota Solo dan Yogyakarta.
Awalnya, Kabupaten Klaten termasuk ke dalam daerah swapraja Surakarta, yang hari ini lebih dikenal sebagai kawasan Solo Raya.
Solo Raya adalah wilayah bekas Karesidenan Surakarta berdiri, meliputi Kota Solo dan kota penyangganya seperti Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri dan Sragen.
Kabupaten yang kini dipimpin oleh Bupati Sri Mulyani ini memiliki luas sekitar 658,2 kilometer persegi atau sekitar dua persen dari total wilayah Jawa Tengah.
Pada masa kolonial, Klaten menjadi batas wilayah dari dua hegemoni besar saat itu, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Untuk mengatasi konflik tersebut, pemerintah kolonial Belanda, Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta sepakat untuk membangun sebuah benteng.
Lokasinya persis di Desa Klaten di mana pembangunannya dimulai pada 28 Juli 1804.
Saat itu, Loji Klaten memiliki fungsi militer dan administrasi yang penting, terutama untuk meredam konflik wilayah antar dua kerajaan tersebut.
Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Klaten menetapkan 28 Juli sebagai hari jadi Kabupaten Klaten.
Penetapan tanggal itu didasarkan pada peristiwa sejarah, yakni peletakan batu pertama di Benteng (Loji) Klaten.
Jauh sebelum Belanda datang ke Nusantara, Klaten telah dikenal sebagai ibu kota dari Kerajaan Medang atau Mataram Kuno.
Kerajaan ini didirikan oleh Sanjaya dari Wangsa Badra setelah memindahkan kekuasaan dari Temanggung pada sekitar abad ke-8 M.
Selanjutnya, kita mengenal Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu dan Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha.
Kentalnya budaya Hindu-Budha di masa lampau membuat Klaten dipenuhi oleh situs purbakala dan bangunan kuno seperti candi.
Beberapa candi yang ada di Kabupaten Klaten antara lain adalah Candi Plaosan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Sojiwan, Candi Merak, Candi Gana dan Candi Prambanan.
Maka tak heran kalau Klaten dijuluki sebagai kota seribu candi.
Berdasarkan penelitian, candi-candi yang ditemukan di Klaten merupakan tempat perabuan bagi para leluhur ataupun raja-raja yang meninggal dunia.
Candi-candi ini juga digunakan untuk tempat bersembahyang sekaligus bentuk dari toleransi agama pada saat itu.
Selain candi, Klaten juga memiliki banyak umbul atau sumber mata air, sehingga sering juga dijuluki sebagai Kota Seribu Umbul.
Beberapa umbul yang dikenal masyarakat luas adalah Umbul Ponggok, Umbul Manten, Umbul Pelem, Objek Mata Air Cokro (OMAC) Tulung, dan lainnya.
Di Klaten, tepatnya di Kecamatan Jatinom ada tradisi sebar apem atau biasa disebut Yaqowiyu.
Apem sendiri adalah kue berbentuk bundar yang terbuat dari tepung beras. Tradisi ini biasa dilakukan setiap bulan kedua penanggalan Jawa, yakni bulan Sapar.
Dalam pelaksanaanya, ribuan apem akan disebar ke warga dan diperebutkan. Biasanya apem akan disebarkan dari kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig.
Nama “yaqowiyu” sendiri merupakan penyingkatan dari bacaan doa untuk meminta kekuatan.
Warga setempat percaya kalau apem tersebut dapat membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya.
Selain tradisi unik, Klaten juga memiliki banyak kuliner murah yang nikmat. Salah satunya adalah dawet bayat.
Dikenal sebagai salah satu warisan nenek moyang, dawet ini konon digunakan sebagai alat tukar atau alat transaksi yang menggantikan uang sebelum kemerdekaan Indonesia.
Ada pula sop ayam pecok, nasi tumpang lethok, sego wiwit, dan masih banyak lagi.
(28-7-1804)
(1.267.272)
(26)
(10)
(2.015.623)
(22° - 32°C)
(16 km/jam)
(69%)
(9 dari 10)
(655,5 km²)