Pelabuhan Gresik merupakan salah satu pelabuhan di kawasan pantai utara Jawa Timur, yang tak kalah sibuk dengan Tanjung Perak di Surabaya.
Pelabuhan Gresik tergolong sebagai pelabuhan kelas II, berbeda dengan Tanjung Perak yang berstatus sebagai pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok.
Karena statusnya sebagai pelabuhan kelas II, Pelabuhan Gresik cenderung difungsikan sebagai dermaga untuk kapal penumpang dan barang.Â
Khusus kapal penumpang, Pelabuhan Gresik menjadi dermaga keberangkatan bagi masyarakat atau wisatawan yang hendak ke Pulau Bawean.Â
Ada banyak kapal yang melayani rute perjalanan Pelabuhan Gresik–Bawean setiap harinya.Â
Selain mengangkut penumpang, pelabuhan ini juga melayani bongkar muat barang curah kering, curah cair, kargo umum, dan petikemas.
Â
Pelabuhan Gresik tergolong sebagai pelabuhan tua di Indonesia, eksistensinya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.Â
Puncak kejayaan Pelabuhan Gresik sebagai pelabuhan dagang terbesar di Nusantara, pada dasarnya terjadi di abad ke-14.Â
Banyak kapal asing maupun lokal yang berlabuh di sini, terutama kapal yang memuat berbagai komoditas seperti rempah-rempah, buah, dan bunga pala.
Ada banyak faktor yang membuat Gresik menjadi kota pelabuhan yang ramai kala itu, seperti jalur air dan kondisi anginnya yang baik.
Kedua faktor di atas membuat kapal-kapal yang hendak berlabuh di Gresik tidak banyak mengalami kendala yang berarti.Â
Selain itu, tanah di sekitar pantai Gresik pun kondisinya berbatu, sehingga minim terjadinya pendangkalan air laut.Â
Kemudian, Gresik juga bisa dibilang sebagai salah satu pintu masuk menuju Pulau Jawa bagi kapal-kapal asing maupun luar daerah Jawa.
Ini dikarenakan Gresik dilalui oleh dua sungai besar yang menjadi jalur alamiah untuk perdagangan regional, yakni Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.Â
Dari Bengawan Solo, kapal-kapal yang masuk dari Gresik bisa menuju wilayah Jawa Tengah.
Adapun Sungai Brantas menjadi penghubung berbagai daerah di sekitar Jawa Timur.  Â
Bahkan, Pelabuhan Gresik juga menjadi salah satu episentrum penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa.Â
Pasalnya, ada banyak kapal-kapal asing dari Timur Tengah yang berlabuh ke sini.Â
Rombongan dari Jazirah Arab itu tidak hanya berdagang, tetapi juga memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat Gresik yang kala itu memeluk agama Hindu dan Budha.Â
Salah satu tokoh penyebar agama Islam termasyhur di Gresik adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang kemudian tenar dengan nama Sunan Gresik.Â
Syekh Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai pemimpin Wali Songo, karena beliau merupakan sosok yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Jawa.Â
Syekh Maulana Malik Ibrahim juga pernah mengemban jabatan penting di pelabuhan, setelah dipercaya oleh Raja Brawijaya untuk menjadi syahbandar di sana. Â
Terdapat banyak versi mengenai asal dari Sunan Gresik, seperti ada yang menyebut ia berasal dari Samarkand, Maroko, Arab Saudi, hingga Persia.Â
Â
Sayangnya, Pelabuhan Gresik mengalami kemunduran, terlebih setelah VOC tiba di Indonesia.Â
Ketika itu, VOC lebih memilih Tanjung Perak sebagai dermaga utama untuk mengangkut sejumlah komoditas demi keperluan ekspor-impor.Â
Penyebab VOC mengubah pusat perniagaan maritim dari Gresik ke Surabaya adalah, karena Gresik tidak mampu menghasilkan komoditas seperti tebu, kopi, dan gula.
Sejak saat itu, pamor Pelabuhan Gresik mulai meredup, sementara Tanjung Perak terus berkembang hingga menjadi salah satu pelabuhan utama di Indonesia.
Â
Â
Â