Nama Pura Pusering Jagat berarti "pusat dunia," dan untuk warga sekitarnya itu bukan sekadar lambang.
Warga Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar, meyakini bahwa pusat dunia berada di Pura Pusering Jagat. Pura ini sumber kehidupan bermula.
Dibangun di titik tengah Pulau Bali, Pura Pusering Jagat menjadi salah satu dari Sad Kahyangan, enam pura utama yang dianggap sebagai pilar spiritual pulau Bali.Â
Di masa lalu, pura ini juga memegang peran sebagai pusat pemerintahan Bali kuno, menegaskan statusnya sebagai inti dari kehidupan sosial dan politik masyarakat.
Mengunjungi pura ini tidak hanya membawamu ke sebuah tempat suci, tetapi juga ke tempat yang diyakini menjadi awal dari segalanya.
Â
Â
Â
Pura Pusering Jagat memiliki sejarah yang begitu kuno. Tidak ada lontar yang secara pasti mencatat kapan pura ini didirikan.Â
Â
Berbagai sumber menyebut pura ini sebagai salah satu yang tertua di Bali, bahkan diperkirakan berdiri sejak abad ke-10, ketika pengaruh budaya Hindu dari Jawa mulai menyebar ke Bali.
Dalam tradisi Lontar Kusuma Dewa, Pura Pusering Jagat disebut sebagai tempat pertapaan Batara Amangkurat.Â
Nama pura ini sendiri menyiratkan maknanya, dengan "pusering" berarti pusat dan "jagat" berarti dunia, menempatkannya sebagai pusat dunia dan samudra: Pusering Jagat dan Pusering Tasik.Â
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari UNHI pada tahun 1979 mengukuhkan posisi Pura Pusering Jagat Gianyar sebagai salah satu dari Sad Kahyangan.
Penetapan ini berdasarkan Lontar Kusuma Dewa, yang menerangkan Sad Kahyangan ketika Bali masih bersatu di bawah satu kerajaan, di mana Mpu Kuturan bertindak sebagai Pandita Kerajaan.Â
Perpecahan Bali menjadi sembilan kerajaan di masa berikutnya melahirkan interpretasi Sad Kahyangan yang berbeda-beda, sesuai dengan wilayah masing-masing.
Â
Baca juga: Ulasan Pura Beji Sangsit, Pura Suci & Indah di Bali Utara
Â
Â
Pura Pusering Jagat Pejeng menyimpan jejak purbakala yang menggambarkan kosmologi Hindu dalam bentuk paling simbolis.Â
Palinggih utamanya, Ratu Pusering Jagat, berdiri sebagai pusat spiritual, dikelilingi oleh berbagai palinggih lain, termasuk Gedong Purusa, yang menyimpan simbol Purusa dan Pradana—dua prinsip dasar penciptaan.Â
Purusa, yang melambangkan benih kejiwaan, dan Pradana, yang merepresentasikan benih kebendaan, diwakili oleh arca dengan bentuk alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Simbol ini mencerminkan harmoni yang menjadi inti kelahiran kehidupan.
Arca-arca kuno di pura ini memperkuat posisinya sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa. Ganesha, Durga, dan Bhairawa, masing-masing melambangkan aspek Siwa yang berbeda, mengelilingi area pura.
Â
Â
Bejana ini menyimpan angka tahun Saka 1251, menjadikannya saksi bisu perjalanan panjang pura ini sebagai pusat ritual dan kosmologi.Â
Â
Baca juga: Pura Rambut Siwi: Asal Usul, Letak & Daya Tariknya
Â
Di Pura Pusering Jagat setiap setahun sekali, tepat pada Purnamaning Sasih Karo, dilaksanakan Upacara Mapakelem Telaga Maya, upacara persembahan Bhuta Yajna.
Upacara ini berlangsung di Telaga Maya, telaga yang kering di dalam kawasan jeroan pura, yang diyakini sebagai tempat suci.
Â
Alamat Pura Pusering Jagat: Desa Adat Jero Kuta Pejeng, Jl. Raya Pejeng Tampaksiring, Pejeng, Kec. Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali 80552.
Â
Â
Tidak ada info resmi  jam buka khusus dan harga tiket masuk ke Pura Pusering Jagat dikarenakan pura ini bukan pura wisata melainkan pura untuk tempat ibadah.
Pengunjung tetap diperbolehkan untuk berkunjung, selama menghormati peribadatan dan aturan pura.
Â
Â