Mengenal Puja Mandala, Destinasi Wisata Religi yang Unik di Bali

Puja Mandala Bali adalah sebuah kompleks peribadatan yang terletak di kawasan Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kabupaten Badung, tepatnya berada di tepi kanan jalan arah menuju Hotel STP.

Area ini menjadi rumah bagi lima tempat ibadah yang berbeda-beda, mewakili lima agama utama di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Buddha, Protestan, dan Hindu.

Puja Mandala menjadi simbol nyata dari toleransi beragama di Bali, bahkan di Indonesia.

Keberadaan lima rumah ibadah dalam satu kompleks tersebut menunjukkan semangat persatuan dan kerukunan umat beragama.

Selain sebagai tempat ibadah, Puja Mandala juga menawarkan pemandangan yang indah, terutama pemandangan laut Tanjung Benoa.

Simak informasi selengkapnya mengenai Puja Mandala Bali di bawah ini!

Sejarah Puja Mandala

Sumber: ANTARA/Fikri Yusuf

Menurut buku 3 Hari Mengenal BALI oleh Muhammad Malis, pembangunan Puja Mandala dimulai pada 1994 atas bantuan PT Bali Tourism Development Centre (BTDC).

BTDC memberikan bantuan lahan seluas 2 hektare untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut secara berdampingan.

Diresmikan pada 1997 oleh Menteri Agama Tarmidzi Taher, awalnya pembangunan ini didorong oleh kebutuhan kaum muslim di sekitar Benoa dan Nusa Dua yang kesulitan mengakses masjid.

Dalam buku Muslim Bali: Mencari Kembali Harmoni yang Hilang oleh Dhurorudin Mashad, ide Puja Mandala bermula dari sebuah problem toleransi, dari keinginan umat Islam mendirikan masjid di Nusa Dua.

Namun, izin tersebut sulit didapatkan karena disyaratkan mempunyai jemaah 500 KK pemeluk agama tempat ibadah yang hendak didirikan.

Realitas ini menyebabkan MUI bersama Yayasan Ibnu Batutah datang ke Jakarta untuk mencari persetujuan.

Joop Ave, selaku Menteri Parpostel kala itu lantas berinisiatif membangun tempat ibadah kelima agama di satu kompleks.

Ide ini sebagai realisasi keinginan Presiden Soeharto tentang adanya tempat ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat, sebagai miniatur kerukunan hidup beragama.

Sekarang, Puja Mandala bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Wisata Puja Mandala dapat menjadi tempat untuk belajar dan memperdalam nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan keberagaman.

Keberadaan Puja Mandala menunjukkan bahwa keberagaman agama dan budaya dapat hidup berdampingan secara harmonis.

5 Tempat Ibadah di Puja Mandala

1. Masjid Agung Ibnu Batutah

Sumber: masjiduna.com

Masjid Agung Ibnu Batutah di Bali adalah sebuah masjid megah yang menjadi salah satu bagian dari kompleks peribadatan Puja Mandala.

Masjid Agung Ibnu Batutah dibangun pada 1994 dan diresmikan pada 1997.

Nama "Ibnu Batutah" diambil dari seorang ulama dan penjelajah muslim terkenal asal Maroko.

Masjid ini memiliki arsitektur yang indah dan khas dengan kubah tinggi disertai tambahan ornamen-ornamen Islami.

Masjid Agung Ibnu Batutah bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan umat Islam di Bali, seperti pengajian, kajian, dan kegiatan keagamaan lainnya.

2. Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa

Sumber: Facebook.com/Ladyofallnationsbali

Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa dibangun pada 1995.

Sebelumnya, umat Katolik di wilayah Nusa Dua bernaung di bawah Paroki Santo Fransiskus Xaverius, Kuta.

Namun, seiring dengan pertumbuhan umat, didirikanlah paroki sendiri di Nusa Dua.

Gereja ini merupakan bagian dari Keuskupan Denpasar dan menjadi pusat spiritual bagi umat Katolik di wilayah Nusa Dua dan sekitarnya.

Gereja tersebut memiliki arsitektur yang khas dan indah, mencerminkan gaya bangunan gereja Katolik modern.

3. Gereja Kristen Bukit Doa

Sumber: rumahibadah.kemenagbali.com

Gereja Kristen Bukit Doa adalah tempat ibadah umat Protestan yang berada di Puja Mandala Bali.

Dibangun pada 1994, gereja ini diresmikan pada 1997 yang ini didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual umat Kristen Protestan di kawasan Nusa Dua yang makin berkembang.

Meskipun merupakan gereja Kristen, desain bangunannya sangat kental dengan nuansa Bali.

Desain atap bertingkat, ukiran khas Bali, dan elemen-elemen lainnya membuat gereja ini terlihat unik dan menyatu dengan lingkungan sekitarnya.

4. Vihara Buddha Guna

Sumber: viharabuddhagunabali.com

Vihara Buddha Guna dibangun pada 2000 yang juga didorong oleh kebutuhan umat Buddha di kawasan Nusa Dua yang makin meningkat.

Vihara ini memiliki arsitektur yang sangat indah dan khas dengan ornamen-ornamen Buddha yang menawan.

Desain bangunannya mencerminkan keindahan seni dan budaya Buddha.

Vihara Buddha Guna kerap menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan dan sosial, seperti meditasi, ceramah Dharma, perayaan hari raya Waisak, dan kegiatan sosial lainnya.

5. Pura Jagatnatha

Sumber: baliconventioncenter.com

Pura Jagatnatha menjadi rumah ibadah terakhir yang diresmikan di kompleks ini, tepatnya pada 30 Agustus 2004.

Meskipun lebih kecil daripada Pura Jagatnatha yang terkenal di Denpasar, pura di Bali ini tetap memiliki ciri khas arsitektur Bali.

Pura Jagatnatha memiliki arsitektur khas Bali dengan penggunaan batu berwarna hitam dan gapura di pintu masuknya.

Tiket Puja Mandala dan Jam Buka

Kompleks peribadatan ini terbuka untuk umum sehingga pengunjung dapat masuk dengan bebas tanpa dipungut biaya.

Namun, untuk kunjungan wisatawan, Puja Mandala hanya beroperasi untuk waktu tertentu mulai pukul 08.00 WITA hingga 16.00 WITA, sedangkan hari Minggu, buka hingga pukul 12.00 WITA.

Selain itu, pada saat acara-acara keagamaan tertentu atau hari raya besar, kemungkinan ada beberapa pengaturan khusus mengenai jam kunjungan atau area yang dibatasi.

Semoga ulasannya bermanfaat.

**Gambar header: YouTube/pisok trips