Pura Maduwe Karang: Sejarah, Desain Arsitektur, dan Lokasi

Pura Maduwe Karang adalah salah satu pura yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Selain dikenal memiliki ukuran luas, pura ini juga kesohor akan gaya arsitekturnya yang indah berhias patung-patung dan relief unik.

Bahkan, menilik sejarahnya, Pura Maduwe Karang menjadi salah satu saksi bisu perkembangan pariwisata Bali di awal abad ke-20.

Karena itu, tidak heran jika pura ini menjadi tujuan wisata langganan para turis hingga sekarang.

Sejarah Pura Maduwe Karang

Digagas pada tahun 1890, pembangunan Pura Maduwe Karang diinisasi oleh dua orang undagi (sebutan bagi arsitek tradisional Bali) bernama Nyoman Ragia dan Wayan Jenang.

Dalam prosesnya, kedua undagi tersebut kemudian dibantu oleh beberapa orang tukang yang dikenal sebagai Tantra, Made Jiwa, dan Wayan Tebus.

Baik undagi maupun tukang-tukang yang terlibat merupakan warga asli Desa Bulian yang hijrah ke Desa Kubutambahan untuk mencari lahan garapan baru.

Karena jarak kedua wilayah terpaut 7 km, mereka berinisiatif untuk membangun rumah ibadah di Desa Kubutambahan seperti yang ada di desanya.

Nama “maduwe karang” sendiri diambil dari dua kata bahasa Bali, yakni meduwe yang berarti “mempunyai” dan karang yang bermakna “tanah” atau “tegalan.”

Secara harfiah, Pura Maduwe Karang dapat diartikan sebagai tempat ibadah yang berhubungan dengan para pemilik tanah atau lahan pertanian.

Sedangkan secara kegunaan, Pura Maduwe Karang berfungsi sebagai sarana pemujaan bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas pertanian.

Desain Arsitektur Pura Maduwe Karang

Pura Maduwe Karang berdiri atas lahan 6000 meter persegi (atau sekitar 60 are) dengan lebar mencapai 50 meter dan panjang 120 meter.

Areanya sendiri terdiri atas tiga tingkatan, yaitu halaman luar (jabaan), halaman tengah (jaba tengah), dan halaman dalam (jeroan).

Terdapat deretan patung yang menggambarkan cerita Ramayana beserta prajurit kera yang berperang melawan Kumbakarna di halaman luar.

Sedangkan pada halaman tengah, terdapat patung-patung yang menggambarkan sosok petani dan sebuah bale gong sebagai tempat menabuh gamelan.

Halaman dalam merupakan area paling suci karena dipakai sebagai tempat bersembahyang.

Tidak cuma pelinggih (tempat pemujaan), pengunjung juga dapat menemukan relief unik yang menggambarkan seorang bule menaiki sepeda di area tersebut.

Menurut cerita, dahulu banyak turis asing yang berkunjung ke Bali melalui Pelabuhan Buleleng.

Sebelum melanjutkan perjalanan, para wisatawan ini menghabiskan waktu di Pura Maduwe Karang sambil melihat-lihat lingkungan sekitarnya.

Sosok bule yang ada di relief itu sendiri disinyalir adalah WOJ Nieuwenkamp.

Dia adalah seorang seniman Belanda yang menjelajahi Bali dengan sepeda di tahun 1904.

Namun, sosok bule bersepeda ini tidak semerta-merta ada di awal pembangunan pura.

Relief tersebut merupakan hasil pemulihan setelah Pura Maduwe Karang mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi di tahun 1917.

Selain itu, keunikan pura ini juga terlihat dari adanya relief wanita dengan dua orang anak yang jarang dijumpai pada pura-pura lain di Bali.

Fungsi Pura Maduwe Karang

Selain objek wisata, fungsi utama Pura Maduwe Karang sebagai tempat beribadah juga masing berjalan hingga saat ini.

Selain warga sekitar, banyak pula umat Hindu dari berbagai daerah di Bali yang datang ke Pura Maduwe Karang untuk melakukan sembahyang.

Pada umumnya, upacara besar di pura ini (piodalan) dilakukan tiap setahun sekali, yakni pada hari Purnama Sasih Kawulu sekitar bulan Maret.

Pada saat itu, masyarakat akan datang membawa sesajen untuk memohon keselamatan dan mengucapkan syukur atas anugerah berupa hasil panen.

Ada pula yang datang membawa sesajen berupa kacang-kacangan, lalu dia akan membawanya kembali untuk dijadikan sebagai bibit tanaman.

Sebelum meninggalkan pura, biasanya jemaah akan meminta air suci (thirtha) untuk dipercikkan ke ladang agar mendapatkan berkah kesuburan.

Lokasi dan Harga Masuk Pura Maduwe Karang

Lokasi Pura Maduwe Karang berada di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Letak pura ini kira-kira berada sekitar 12 km di sebelah timur Kota Singaraja, atau 24 menit berkendara menggunakan mobil.

Sementara, jarak Kota Denpasar terpaut 90 km atau berkisar 2 jam 30 menit dari lokasi pura.

Objek wisata terdekat dari Pura Maduwe Karang adalah Pura Beji Sangsit (9 menit) dan Pantai Kerobokan Singaraja (16 menit).

Sedikit menjurus ke arah barat Kota Singaraja, wisatawan juga dapat mengunjungi Pantai Lovina (37 menit) yang terkenal akan atraksi lumba-lumbanya.

Pura Maduwe Karang buka setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WITA.

Tidak ada biaya tiket yang dikenakan untuk dapat memasuki area pura tersebut.

Namun, pengunjung dapat memberi sumbangan seikhklasnya untuk biaya perawatan pura dan pemandu wisata yang bertugas.

Demikianlah ulasan lengkap mengenai Pura Maduwe Karang yang menarik diketahui.

Setelah membaca ulasan di atas, apakah kamu tertarik mengunjungi tempat tersebut?

Semoga bermanfaat!

Yuhan Al Khairi

Yuhan bertanggung jawab sebagai Content Editor untuk konten Panduan Properti dan berbagai halaman di Rumah123. Selama berkarir kurang lebih 6 tahun, dia juga sering terlibat dalam pembuatan konten informatif terkait gaya hidup, lingkungan, wisata, kesehatan, dan sebagainya.