Stasiun Serang merupakan stasiun kelas I yang berada di Jalan Ki Tapa No.2, Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang.
Ini merupakan stasiun utama di Kota Madani, yang melayani perjalanan kereta api lokal dengan rute Rangkasbitung–Merak.
Sebelumnya, Stasiun Serang sempat melayani rute perjalanan jarak jauh dan dilintasi oleh Kereta Api Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau.
Namun sejak April 2017, stasiun ini tidak lagi melayani rute perjalanan jarak jauh lantaran Kereta Kalimaya dan Patas Merak berhenti beroperasi.
Sebelumnya, Kereta Kalimaya melayani rute perjalanan Tanah Abang–Merak PP, sementara Patas Merak melayani rute Rangkasbitung–Merak.
Setelah berhenti beroperasi, rute tersebut digantikan oleh KRL Commuter Line Tanah Abang–Rangkasbitung.
Pada tanggal yang sama, rute perjalan Kereta Lokal Merak juga dipangkas, dari yang sebelumnya melayani rute perjalanan Tanah Abang–Merak menjadi Rangkasbitung–Merak.
Begitu pula dengan Kereta Krakatau, yang kemudian berganti nama menjadi KA Singasari.
Rute perjalanan kereta ini juga dipangkas menjadi Pasar Senen–Blitar, dari yang sebelumnya Merak–Blitar.
Stasiun Serang tergolong stasiun tua, karena sudah beroperasi sejak tanggal 1 Juli 1900 atau pada era kolonial Belanda.
Stasiun yang dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS) itu, dibuka berbarengan dengan pembukaan jalur Rangkasbitung–Serang.
Jalur tersebut merupakan perpanjang pembangunan jalur kereta Batavia–Duri–Tangerang dan Duri–Rangkasbitung pada 1899.
Tujuan pembangunan Stasiun Serang adalah memudahkan aksesibilitas pengangkutan hasil bumi berupa padi, kopi, karet, dan buah-buahan dari Anyer ke Batavia.
Meski begitu, stasiun ini juga dilintasi oleh kereta penumpang.
Dilansir dari laman PT KAI, ada 12 kereta api yang berhenti di Stasiun Serang, terdiri dari kereta jurusan Rangkasbitung–Serang–Cilegon dan kereta api dari Serang menuju Cilegon.
Stasiun Serang dibangun dengan arsitektur bergaya indis, desain arsitektur yang banyak diaplikasikan di Eropa pada masa itu.
Stasiun Serang memiliki bentuk persegi panjang yang memanjang dari utara ke selatan.
Bangunan stasiun mempunyai model atap pelana, dengan rangka atap kayu dan genting sebagai penutupnya.
Pintu dan jendela stasiun pun memiliki ukuran besar, sangat khas dengan arsitektur Belanda.
Selain itu, bangunan Stasiun Serang juga identik dengan penggunaan pattern atau pola garis lurus serta material alami.
Pada bagian peron bangunan, terdapat tiang-tiang kayu dengan motif sulur dan ampig pada sisi kanan dan kirinya.
Keunikan bangunan Stasiun Serang tampak pada penggunaan noc acroteric atau hiasan puncak atap, berbentuk seperti pucuk bunga dan ornamen sesuluran di nok atap pelana.
Berstatus sebagai peninggalan masa lalu, bangunan Stasiun Serang pun telah dijadikan sebagai aset cagar budaya.
Stasiun ini pernah di renovasi, tetapi tidak mengubah bentuk dan struktur bangunan lama.
Renovasi dilakukan untuk menjaga fungsi stasiun sebagai terminal moda transportasi umum.
Bentuk renovasinya tidak lebih dari perbaikan peron yang dibuat lebih tinggi.
Selain itu, dilakukan juga pemasangan kanopi pada area peron untuk melindungi penumpang dari terpaan panas dan hujan.