Sejak dulu, Kota Semarang telah dikenal lewat keanekaragaman budaya dan agamanya.Â
Pagoda Avalokitesvara adalah salah satu wujud dari toleransi tersebut.
Kehadiran pagoda di Semarang sendiri bukanlah hal asing, mengingat kehadiran etnis Tionghoa di kota ini sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu.
Tak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, terkadang Pagoda Avalokitesvara juga dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat kemegahannya.
Selain keunikan dan pesona yang dimilikinya, ternyata ada kisah menarik di balik pembangunan pagoda itu.
Â
Pagoda Avalokitesvara sendiri berada di dalam komplek Vihara Buddhagaya Watugong.
Dengan luas 2,5 hektare, dikatakan bahwa wihara ini merupakan yang pertama di Indonesia dan sudah berdiri sejak keruntuhan Majapahit.Â
Tentunya, ada kisah tersendiri mengapa pagoda tersebut bisa dibangun di dalam kompleks peribadatan umat Buddha.
Semua bermula dari seorang pemuda asal Bogor bernama The Boan An, yang kemudian menjadi Bhikkhu Ashin Jinarakkhita.
Ketika sedang memimpin perayaan Waisak 2549 di Candi Borobudur pada tahun 1955, ia bertemu dengan tuan tanah Semarang bernama Goei Thwan Ling.
Di sini, Goei Thwan Ling terkesan dengan kepribadian serta kepiawaian dari sang Bhikku.
Goei Thwan Ling pun menghibahkan sebagian tanah miliknya untuk digunakan sebagai pusat dan pengembangan Buddha Dhamma di Semarang.
Tempat tersebut kemudian menjadi kompleks Vihara Buddhagaya Watugong, di mana proses pembangunannya dimulai pada 19 Oktober 1955.
Di dalamnya, terdapat dua bangunan induk utama, yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Dhammasala, serta beberapa bangunan lain.
Sampai hari ini, Vihara Buddhagaya Watugong masih aktif digunakan sebagai tempat beribadah umat Buddha.
Â
Pagoda Avalokitesvara Semarang merupakan pagoda tertinggi di Indonesia, yang telah disahkan oleh MURI pada tahun 2006.
Dikenal juga sebagai Pagoda Dewi Kwan Im, bangunan ini memiliki tinggi 45 meter dan terbagi ke dalam tujuh tingkatan ruang.
Tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam tingkatan pagoda ini.
Alasannya karena kehadiran patung Dewi Kwan Im yang menghadap ke empat penjuru di setiap tingkatnya.
Di dalam pagoda sendiri, kamu bisa menemukan hiasan dan ornamen unik khas Tiongkok, beserta patung Bodhisattva Avalokitesvara berukuran raksasa.Â
Sayangnya, pengunjung hanya diperbolehkan masuk pada lantai satu pagoda.Â
Jika ingin masuk, diharuskan melepas alas kaki untuk menjaga kebersihan.
Lalu, tentunya harus tetap tenang, karena bagaimanapun pagoda ini adalah tempat ibadah.
Sesaat setelah menaiki anak tangga, kamu akan menemukan relief hewan berbentuk ular, babi, serta ayam yang harus diinjak.Â
Tenang saja, relief di pintu masuk ini memang sengaja dibuat untuk diinjak.
Ada filosofi tersendiri dari proses penginjakan tersebut, di mana ayam merupakan lambang keserakahan, babi lambang kemalasan, dan ular lambang dari kebencian,Â
Diharapkan setelah menginjaknya, pengunjung yang datang ke pagoda ini dapat meninggalkan ketiga sifat buruk tersebut.
Â
Saat berada di dalam komplek Vihara Buddhagaya Watugong, kamu bisa melipir ke patung Bodhisattva Avalokitesvara. Â
Di sini kamu dapat melakukan Tjiam Shi, atau ritual untuk mengetahui nasib manusia.Â
Caranya dengan menggoyangkan batang-batang bambu hingga salah satunya jatuh.
Nah, batang yang jatuh tersebut akan dibacakan oleh petugas, sehingga kamu pun tahu bagaimana nasibmu ke depannya.
Setelahnya, kamu juga bisa ke depan Pagoda Avalokitesvara Semarang untuk melihat pohon bodhi yang sudah ditanam sejak tahun 1955.
Bagi yang belum tahu, pohon ini merupakan cangkokan dari Anuradha Vihara, Sri Lanka.
Pohon bodhi sendiri merupakan tempat Sidharta Gautama mendapatkan pencerahan dan akhirnya menjadi Buddha.Â
Di setiap dahan pohonnya, kamu dapat melihat pita merah terikat yang bertuliskan huruf mandarin dan latin
Pita merah itu biasanya berisi pengharapan dari pengunjung yang datang ke pagoda ini.
Â
Pagoda Avalokitesvara berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Semarang.Â
Lokasinya tepat berada di seberang Markas Kodam 4 Diponegoro.
https://goo.gl/maps/9PhVWBPiPHC51TiJ6?coh=178572&entry=tt
Pagoda ini berada di selatan Semarang, sekitar 15 km dari pusat kota.
Jika kamu ingin berkunjung ke Pagoda di Semarang tersebut, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan dengan kendaraan.
Â
Untuk masuk ke dalam pagoda ini, kamu tidak akan dikenakan tiket masuk.
Namun, kamu bisa memberikan donasi se-ikhlasnya kepada petugas vihara.Â
Kamu juga bisa menuliskan harapan di pita merah dan menggantungkannya di pohon bodhi.
Â
Harga Tiket Masuk Pagoda Avalokitesvara | |
---|---|
Setiap hari | Gratis |
Menuliskan harapan | Rp10.000 |
Â
Pagoda Avalokitesvara di Semarang buka setiap hari–termasuk ketika hari besar, yakni mulai dari pukul 07.00–21.00 WIB.
Namun perlu diingat, bagi pengunjung yang tidak niat beribadah, disarankan untuk tidak datang di hari besar agama Buddha, ya.
Â