Masjid Raya Medan atau dikenal juga sebagai Masjid Raya Al Mashun, terletak di Jalan Sisingamangaraja No.61, Medan, Sumatra Utara.Â
Bangunan ini merupakan warisan dari kejayaan Kesultanan Deli, masih berfungsi sebagai tempat ibadah hingga saat ini.
Sebagai landmark kota, masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menampilkan keindahan arsitektur dan membawa kisah masa lalu yang legendaris.Â
Dengan nuansa kesultanan Melayu yang kental, menjelajahi Masjid Agung Medan ini bisa menjadi pengalaman yang menarik.
Â
Sama seperti masjid besar lain di Indonesia, Masjid Raya Al Mashun Medan juga memiliki sejarah yang panjang.
Dipandu oleh keinginan untuk meningkatkan peradaban Kesultanan Deli, Masjid Al Mashun dibangun sebagai manifestasi ambisi tersebut.Â
Meskipun telah berusia lebih dari seratus tahun, masjid ini terus dipelihara, tetap terjaga dengan baik dan memancarkan keindahan yang abadi.
Proyek pembangunan Masjid Raya Medan dimulai pada 21 Agustus 1906, di bawah kepemimpinan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah atau Sultan Deli IX.Â
Dalam waktu 3 tahun, tepatnya pada 19 September 1909, masjid ini resmi digunakan untuk pertama kalinya.
Sebelum Masjid Al Mashun berdiri, Kesultanan Deli telah membangun dua struktur penting, yaitu Istana Maimun dan Gedung Kerapatan Tinggi.
Istana Maimun (1888–1891) dijadikan pusat pemerintahan dan Gedung Kerapatan Tinggi (1906) sebagai Mahkamah Peradilan.Â
Selaras dengan pembangunan masjid, Taman Sri Deli pun dibangun sekitar tahun 1920-an di bawah kepemimpinan Sultan Amaludin Sani Perkasa Alamsyah.
Banyak sejarawan menganggap Istana Maimun, Masjid Raya Medan, dan Taman Sri Deli sebagai kompleks yang terintegrasi.Â
Istana sebagai pusat pemerintahan, masjid sebagai tempat ibadah, dan taman sebagai tempat rekreasi keluarga kesultanan.Â
Meskipun sekarang terpisah oleh jalan raya, pengunjung masih dapat dengan mudah mengunjungi ketiga bangunan ikonik ini dengan berjalan kaki.
Â
Bagi mereka yang telah mengunjungi masjid di Medan ini, kekaguman terhadap desain arsitekturnya pasti terasa sangat kuat.Â
Mulai dari pintu masuk hingga interior, masjid ini memancarkan nilai estetika yang tinggi.
Sultan Deli IX merekrut dua arsitek yaitu Theodoor van Erp dan JA Tingdeman, untuk merancang Masjid Agung Medan.Â
Van Erp yang sebelumnya merancang Istana Maimun, juga terlibat dalam pemugaran Candi Borobudur di Jawa Tengah pada tahun 1907–1911.
Keunikan masjid ini terletak pada perpaduan corak Melayu, Arab, India, dan Spanyol.
Identitas Melayu terlihat pada pintu kayu berwarna biru dan kuning, sedangkan ornamen khas Spanyol pada pintu dan kaca patri warna-warni.
Dua ciri khas tersebut bersanding dengan motif India pada dinding masjid, menunjukkan nilai estetika dan etika yang tinggi.
Masjid Raya Al Mashun Medan berbentuk segi delapan, dengan pilar utama berbahan beton serta lapisan marmer asli Italia.Â
Desain kubah ala Moghul (India) dan mimbar bercorak India yang digunakan pada hari Jum’at dan Ramadan, semakin menambah keunikan masjid ini.
Masjid di Medan ini juga terkenal karena memiliki Al-Qur'an berusia ratusan tahun yang masih bisa dibaca, memberikan nilai sejarah dan religi yang mendalam.
Â
Masjid Raya Al Mashun Medan menghadap langsung ke Jalan Sisingamangaraja, hanya berjarak 200 meter dari Istana Maimun.Â
Terletak di lokasi strategis, masjid di Medan ini juga dekat dengan bandara, terminal dan stasiun kereta api.Â
Dari Masjid Agung Medan, ada beberapa destinasi lain yang bisa dikunjungi, seperti: