Banyak sekali pura di Bali, karenanya pulau ini dijuluki “Pulau Seribu Pura”. Namun tak hanya pura, Bali juga punya tempat ibadah lainnya.
Contohnya bagi penganut agama Buddha, Bali mempunyai Vihara Buddha Sakyamuni di Kota Denpasar.
Bangunan vihara ini terlihat megah dilengkapi oleh berbagai ornamen.
Arsitektur bangunan tampak eksotis dengan gaya khas Bali. Lalu pada bagian dindingnya terdapat ukiran patung-patung Buddha.
Tanaman tropis yang menyegarkan memenuhi area kompleks Vihara Buddha Sakyamuni. Kemudian, di halamannya terdapat kolam ikan koi.
Dalam ajaran agama Buddha, koi melambangkan kemakmuran, kelimpahan dan kesuburan. Tak mengherankan kolamnya sering ditemui di vihara.
Selain menjadi rumah ibadah bagi umat Buddha, masyarakat umum pun boleh mengunjungi Vihara Buddha Sakyamuni. Katanya suasana di sini sangat damai.
Vihara Buddha Sakyamuni adalah hasil perjuangan umat Buddha di kota Denpasar, Bali. Rumah ibadah ini dibangun untuk menghormati ajaran Sidharta Gautama.
Ada beberapa tokoh Buddhis yang melahirkan gagasan untuk membangun Vihara Buddha Sakyamuni. Mereka yakni Merta Ada, Sudiarta Indrajaya, dan Astika.
Ketiga tokoh Buddhis itu bersama timnya mendatangi Putu Adiguna dan istrinya (Erlina Kang) untuk menyampaikan niat baik membangun vihara bagi umat Buddha.
Singkat cerita, mereka membangun sebuah vihara di sebuah ruko milik keluarga Putu Adiguna. Nah peristiwa ini terjadi pada 16 Desember 1992 lalu.
Pada 29 Mei 1995, Putu Adiguna membeli lahan seluas 36,5 hektare di Jalan Gunung Agung. Tempat inilah yang kemudian menjadi Vihara Buddha Sakyamuni.
Begitulah sejarah singkatnya. Sekarang pengelola Vihara Buddha Sakyamuni sering menyelenggarakan berbagai acara untuk umat Buddha maupun non-Buddha.
Vihara Buddha Sakyamuni sering menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan. Contohnya pelayanan umat bagi yang membutuhkan.
Rumah ibadah ini melayani upacara Manggala dan Avamanggala yang meliputi pemberkatan rumah atau tempat usaha, perkawinan hingga upacara kematian.
Kemudian para biksu pun sering melaksanakan pindapata. Kegiatan ini berasal dari kebiasaan leluhur sejak zaman Buddha.
Peserta pindapata akan berjalan kaki menuju permukiman umat untuk menerima persembahan makanan. Ada juga kegiatan pattidana.
Pattidana ialah kegiatan untuk mengungkapkan rasa syukur dan bakti kepada leluhur. Harapannya, mendiang tahu perbuatan baik yang dilakukan oleh sanak keluarga.
Jadi, leluhur yang sudah tiada bisa tenang dan bahagia di alam baka. Kemudian sejumlah biksu juga sering memfasilitasi kegiatan pendalaman Dhamma.
Diketahui pengertian Dhamma yaitu kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk. Perlu digarisbawahi Dhamma bukan ajaran Buddha.
Melainkan hal yang sudah ada sejak semesta diciptakan. Sementara itu, Buddha hanya membantu untuk mengingatkan umat manusia tentang keberadaan Dhamma ini.
Selain kegiatan keagamaan, Vihara Buddha Sakyamuni juga sering melaksanakan kegiatan donor darah. Biasanya dilaksanakan selama tiga bulan satu kali.
Tentu masih banyak kegiatan lainnya di Vihara Buddha Sakyamuni.
Lalu bagaimana lokasi dan akses menuju ke rumah ibadah ini?
Vihara Buddha Sakyamuni beralamat di Jalan Gunung Agung Lingkungan Padang Udayana Nomor 3A, Padangsambian, Denpasar Barat, Kota Denpasar.
Nah dari Jalan Padang Udayana, lokasi vihara sedikit masuk ke dalam gang. Namun masih mudah untuk diakses oleh kendaraan.
Posisi Vihara Buddha Sakyamuni tidak jauh dari hotel ASTON Kota Denpasar. Jarak hotel dan vihara kurang lebih tiga kilometer atau sembilan menit perjalanan.
Sementara itu, jarak yang memisahkan Vihara Buddha Sakyamuni dan Pantai Sanur lumayan jauh, yaitu 14 kilometer. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar 30 menit.
Sekitar Vihara Buddha Sakyamuni banyak tempat penting. Seperti Universitas Udayana, jaraknya sekitar lima kilometer dari vihara.
Perjalanan dari Universitas Udayana ke vihara bisa ditempuh via Jalan Gunung Agung and Jalan Jenderal Sudirman atau Jalan PB Sudirman.
Demikian ulasan tentang Vihara Buddha Sakyamuni yang berada di Kota Denpasar. Semoga informasinya bermanfaat.