Saat berada di Kabupaten Sukoharjo, jangan lupa mengunjungi Waduk Mulur karena lokasinya tak jauh dari Alun-Alun Satya Negara Sukoharjo.
Di sini, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas seperti memancing, menelusuri waduk, hingga berburu sunset yang indah.
Jika menyeberang ke tengah waduk, ada daratan yang menjadi tempat persemayaman pengikut Pangeran Diponegoro.
Sebagai alternatif untuk melepas penat di kota ini, tentunya Waduk Mulur Sukoharjo dapat menjadi pilihan yang tepat.
Â
Waduk Mulur Sukoharjo merupakan peninggalan dari masa kolonial Belanda.
Seperti danau buatan pada umumnya, waduk ini dibuat sebagai cadangan air sekaligus mengatur pengairan di sekitar Mulur.
Pada saat pembuatannya, wilayah di sekitarnya masih dalam wewengkon Keraton Surakarta Hadiningrat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan yang masih terjaga di pintu air utama Waduk Mulur Bendosari Sukoharjo.
Meskipun sempat direnovasi pada tahun 1998, hal itu tidak menghilangkan gaya arsitektur dan bentuk aslinya.
Â
Berada di kawasan seluas 120 hektare, waduk ini mampu menampung volume air sebanyak 2,75 juta m³ sebagai irigasi untuk 43 hektare sawah.
Selain berfungsi sebagai pengairan, Waduk Mulur juga menyajikan beberapa pesona sebagai tempat wisata.
Daya tarik utamanya tentu saja adalah pemandangan alam yang indah.
Tak hanya melihat air yang tenang, kamu juga dapat menyaksikan sunset dan sunrise yang muncul di waduk ini.
Dari sini, kamu juga dapat melihat gugusan gunung di Jawa Tengah.
Sesekali, terlihat nelayan yang sedang mendayung perahu dan keramba di sekitar waduk.Â
Sebagaimana waduk pada umumnya, ada banyak pengunjung yang sengaja datang ke sini untuk memancing.Â
Kawasan waduk juga sering dijadikan sebagai lahan perkemahan untuk kegiatan pramuka.
Pada waktu tertentu, Waduk Mulur Sukoharjo menjadi lokasi olahraga air seperti lomba dayung, sky air, dan motor air.Â
Waduk ini juga kerap dijadikan tempat latihan panahan maupun outbond, lho.Â
Â
Di tengah waduk, terdapat dataran kecil yang menjadi makam dari Mbah Sayidiman.Â
Mbah Sayidiman atau Kyai Sayidiman sendiri adalah pengikut Pangeran Diponegoro, yang ikut serta dalam peperangan melawan Belanda.
Semua bermula saat Pangeran Diponegoro dikhianati oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830.
Peristiwa ini dianggap sebagai akhir dari Perang Diponegoro.
Saat itu, pasukannya lari ke beberapa lokasi antara lain Mulur, Kentheng, Godog, Kalangan, Jagan, Jogo Dengkul, Pondokserang, dan Mertan.Â
Semua desa di atas memiliki kisah sendiri tapi saling terkait, di mana semuanya berhubungan dengan Putri Serang dan Senopati Iman Mukmin.Â
Bagi yang belum tahu, Senopati Iman Mukmin inilah yang nantinya akan menjadi tokoh legenda berkaitan dengan Gua Mertan.
Kemudian, ia dikenal oleh warga sekitar sebagai Mbah Sayidiman (Kyai Sayyid Iman), yang makamnya ada di tengah Waduk Mulur.
Â
Wisata Waduk Mulur berada di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Jaraknya sekitar 7 km dari pusat kota Sukoharjo, dengan waktu tempuh sekitar 16 menit.
Kamu bisa mencapainya via Jalan Dokter Muwardi atau Jalan Sukoharjo–Karanganyar.
Â
Â
Untuk memasuki lokasi ini, kamu tidak perlu merogoh kocek yang dalam.
Siapkan pula biaya parkir jika membawa kendaraan pribadi.
Â
Tiket masuk | Rp5.000 |
Parkir motor | Rp2.000 |
Parkir mobil | Rp5.000 |
Â
Waduk ini buka tiap hari tanpa jam operasional, sehingga kamu bisa berkunjung kapanpun.
Namun, disarankan untuk datang pada pagi hari, jika ingin melakukan berbagai aktivitas berbeda di Waduk Mulur Sukoharjo.
Â
Â