Terminal Purabaya atau lazim disebut Terminal Bungurasih, merupakan salah satu terminal bus penumpang terbesar di Indonesia.
Secara geografis, letak Terminal Purabaya sejatinya berada di wilayah administrasi Kabupaten Sidoarjo, tepatnya di Desa Bungurasih, Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Meski begitu, terminal ini Purabaya Bungurasih dikelola oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui perjanjian kerja sama antara kedua daerah pada tahun 1991.
Terminal Purabaya Bungurasih bisa dibilang merupakan gerbang utama menuju Kota Surabaya dari sebelah Barat, sehingga aktivitas penumpang bus di terminal ini sangat ramai.
Saking ramainya, Terminal Bungurasih disebut sebagai terminal paling sibuk di Asia Tenggara.
Ini menjadi titik lintas dan transit berbagai moda transportasi umum, seperti angkutan pedesaan Sidoarjo, angkutan perbatasan lintas Sidoarjo–Surabaya, dan angkutan kota.
Selain itu, Terminal Bungurasih juga menjadi titik lintas dan transit bus yang melayani rute perjalanan dalam dan luar kota.
Bus moda angkutan dalam kota yang berhenti di sini, antara lain bus angkutan perkotaan, bandara, Suroboyo Bus, Trans Jatim, hingga Trans Semanggi Suroboyo.
Adapun bus antarkota yang transit di Terminal Purabaya, rata-rata merupakan bus dengan rute perjalanan daerah kota atau kabupaten di Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, dan Sumatra.
Nama Purabaya yang disematkan pada terminal ini, sejatinya merupakan penggabungan antara kata “gapura” yang memiliki makna gerbang masuk, serta “Surabaya”.
Jadi, Terminal Purabaya dapat diartikan sebagai gapura atau gerbang masuk menuju Surabaya.
Nama tersebut dicetuskan oleh kepala daerah Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya kala itu, Edi Sanyoto (Bupati Sidoarjo) dan Poernomo Kasidi (Walikota Surabaya).
Terminal Purabaya mulai beroperasi pada 11 Maret 1991, tetapi ide dan rencana pembangunannya sudah ada sejak tahun 1982.
Latar belakang pembangunan terminal ini didasari oleh kapasitas kendaraan dan penumpang pada terminal bus eksisting yang sudah tidak memadai.
Selanjutnya pada 1989, pembangunan terminal di Desa Bungurasih pun dimulai dengan jangka waktu pembangunan selama 2 tahun.
Setelah Terminal Bungurasih resmi beroperasi, seluruh aktivitas kendaraan dan penumpang dari Terminal Joyoboyo dan Terminal Bratang dipindahkan ke terminal yang baru.
Karena lokasinya berada di Sidoarjo, Pemkot Surabaya pun membuat perjanjian kerja sama dengan pemerintah kabupaten setempat terkait pengoperasian terminal.
Implementasi dari perjanjian tersebut adalah Pemkot Surabaya akan membangun terminal bus skala regional di wilayah administrasi Kabupaten Sidoarjo.
Sedangkan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan membangun terminal kargo yang bisa dimanfaatkan bersama oleh kedua belah pihak.
Pada perjanjian tersebut juga tertuang pembagian hasil 30% untuk biaya operasional, 30% untuk Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, dan 40% untuk Pemerintah Kota Surabaya.
Namun sejak tahun 2022, pengelolaan terminal Purabaya telah diambil alih oleh negara melalui Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Terminal Purabaya berada di lokasi strategis, kawasannya dekat dengan sejumlah fasilitas umum dan tempat wisata.
Area terminal saling berhadapan dengan Stasiun Waru, penumpang dari Terminal Purabaya yang hendak ke Stasiun Waru tinggal menyebrang melalui jembatan penyebrangan.
Selain itu, lokasi terminal pun berdekatan dengan pemukiman, pusat industri dan perbelanjaan, seperti Ramayana Bungurasih, Pasar Waru, City of Tomorrow (CITO), dan Pasar Taman.
Terminal Purabaya pun tergolong sebagai terminal bus Surabaya yang dekat dengan bandara, sebab lokasinya hanya terpaut waktu 24 menit berkendara.
Penumpang yang hendak menuju Bandara Juanda dari Terminal Bungurasih pun bisa memakai moda transportasi bus bandara.