Stasiun Sidoarjo merupakan stasiun kereta api besar kelas I yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya.
Stasiun Sidoarjo menjadi terminal pemberhentian kereta api penumpang yang melayani perjalanan lintas selatan, tengah, timur, dan utara Jawa.
Stasiun Sidoarjo terletak di Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo itu tergolong sebagai salah satu stasiun tua di Jawa Timur.Â
Lokasinya strategis karena berada di pusat kota dan dekat dengan sejumlah objek wisata.
Beberapa di antaranya adalah Alun-Alun Sidoarjo, Kampoeng Batik Jetis, Suncity Waterpark, hingga Taman Abhirama Sidoarjo.
Jarak dari Stasiun Sidoarjo ke Bandara Juanda hanya berkisar 31 km, dengan waktu tempuh selama lebih kurang 39 menit.
Stasiun Sidoarjo dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS), serta mulai beroperasi pada 16 Mei 1878.Â
Latar belakang pembangunan stasiun ini tak lepas dari status Sidoarjo, yakni sebagai salah satu daerah produsen gula ternama di Indonesia.Â
Sekitar abad ke-18, tercatat ada lebih dari 10 daerah penghasil gula potensial di Sidoarjo, di antaranya Ketegan, Taman, Gedangan, Buduran, Candi, Tulangan, hingga Wonoayu.
Melihat potensi tersebut, pemerintah Hindia Belanda membangun sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi ke pelabuhan atau kota lainnya di Indonesia.Â
Saat itu, gula memang menjadi komoditas hasil bumi yang laris di Eropa.
Gula dari Indonesia kebanyakan diangkut melalui kereta ke pelabuhan, untuk kemudian dikirim sampai ke Belanda.
Sejarah berdirinya Stasiun Sidoarjo tak lepas dari proyek pembangunan jalur kereta api dari Surabaya hingga Pasuruan.
Tercatat, ada 17 kereta api penumpang dengan rute perjalanan dalam dan antar kota yang berhenti di Stasiun Sidoarjo.Â
Berikut daftar kereta yang berhenti di stasiun ini beserta rute perjalanannya:
Â
Rute Perjalanan Kereta Antar Kota | |
---|---|
Nama Kereta | Rute Perjalanan |
Wijaya Kusuma | Cilacap–Ketapang |
Sri Tanjung | Lempuyangan–Ketapang |
Ranggajati | Cirebon–Jember |
Logawa | Purwokerto–Jember |
Mutiara Timur | Surabaya–Ketapang |
Probowangi | Surabaya–Malang |
Arjuno Ekspres | Surabaya–Malang |
Pandalungan | Gambir–Jember |
Blambangan Ekspres | Semaran–Ketapang |
Jayabaya | Pasar Senen–Malang |
Â
Rute Perjalanan Kereta Lokal dan Komuter (Dalam Kota)Â | |
---|---|
Arjo Negoro | Sidoarjo-Bojonegoro–Babat–Indro–Surabaya Pasar Turi–Mojokerto |
Sindro | Sidoarjo–Bojonegoro–Babat–Indro–Surabaya Pasar Turi–Mojokerto |
Jenggala | Sidoarjo-Bojonegoro–Babat–Indro–Surabaya Pasar Turi–Mojokerto |
Penataran | Surabaya Kota–Blitar–Malang–Pasuruan |
Tumapel | Surabaya Kota–Blitar–Malang–Pasuruan |
Tupas | Surabaya Kota–Blitar–Malang–Pasuruan |
Â
Seperti stasiun lama peninggalan Belanda lain di Indonesia, bangunan Stasiun Sidoarjo pun memiliki desain arsitektur bergaya Indische Empire atau Eropa klasik.
Ciri dari desain itu dapat terlihat dari halaman luas, jendela dan pintu dengan bukaan besar.Â
Bangunan utama stasiun juga memiliki detail-detail yang unik pada bagian lainnya, mulai dari pintu kayu, traliss, langit-langit, hingga jendela.
Adapun pada bagian jalurnya, semula Stasiun Sidoarjo memiliki enam jalur kereta atau rel, dengan satu jalur lurus.Â
Namun, saat ini yang berfungsi hanya tinggal empat jalur saja, sementara dua jalur lainnya telah dibongkar untuk penambahan peron. Â
Dari keempat jalur itu, ada satu jalur kereta yang sempat dihentikan operasinya pada 1972.Â
Namun jalur menuju Stasiun Tarik tersebut difungsikan kembali pada 2014, seiring peresmian Kereta Api Jenggala.
Â
Â