Grojogan Sewu Tawangmangu merupakan air terjun paling ikonik di kawasan Solo Raya.
Daya tariknya berhasil memikat para wisatawan, baik yang berada di sekitar kawasan Solo–Jogja hingga luar Pulau Jawa.
Jadi saat kamu sedang berada di sekitar Solo, khususnya di Kabupaten Karanganyar, tak ada salahnya mampir ke air terjun ini.
Grojogan Sewu berasal dari bahasa Jawa, di mana Grojogan berarti “air terjun” dan Sewu berarti “seribu”.
Meski dinamakan “Air Terjun Seribu,” nyatanya air terjun di Karanganyar ini hanya ada satu.
Lantas, kenapa dinamakan Grojogan Sewu? Memang, tidak ada sumber resmi yang menjelaskan asal-usul grojogan ini.
Penamaan itu sendiri lebih bertujuan sebagai sebutan saja.
Maksud dari penyebutan sewu atau seribu sejatinya berasal dari “pecak” berjumlah seribu.
Bagi yang belum tahu, pecak sendiri adalah istilah untuk satu telapak kaki orang dewasa.
Ini merujuk pada ketinggian air terjun Grojogan Sewu, yang dianggap setinggi seribu atau sewu pecak.
Sejatinya, air terjun ini memiliki tinggi 81 meter.
Selain penamaannya yang unik, grojogan ini juga menyimpan daya tarik lainnya, yang datang dari mitos atau cerita rakyat di sekitarnya.
Dikatakan kalau mitos ini berlaku bagi pasangan yang belum menikah.
Ada sebuah jembatan yang ada di depan air terjun tersebut, yakni kretek pegat.
Dikatakan kalau sepasang kekasih yang belum menikah melintasi jembatan tersebut, maka hubungan mereka tidak akan bertahan hingga pernikahan.
Percaya atau tidak itulah mitos yang ada di air terjun ini.
Grojogan Sewu memiliki pesona alam yang indah, dengan air terjun yang bercabang dan peluncuran yang meluas.
Seperti destinasi alam lainnya, air terjun di Karanganyar ini memiliki suasana sejuk yang menyegarkan.
Namun, pengunjung dilarang mandi langsung di bawah air terjun karena derasnya air terjun.
Pasalnya, dikhawatirkan ada benda keras jatuh dan menimpa pengunjung yang berada tepat di bawahnya.
Namun tenang saja, kamu masih bisa merasakan kesegaran air terjun melalui sungai yang mengalir di bawahnya.
Selain itu, tentunya kamu bisa berenang di aliran sungai dan berfoto-foto di sekitar.
Air terjun Grojogan Sewu sendiri adalah tempat konservasi alam.
Tepat di sisi kanan air terjun, terdapat hutan wisata dengan luas hingga 20 hektare.
Jadi, jangan heran kalau flora dilindungi dengan baik di sini, seperti pinus, kemlandingan gunung, beringin, gondang, hingga puspa.
Sedangkan fauna yang paling banyak ditemukan di sini adalah monyet ekor panjang, tupai, dan burung.
Sebagai tempat wisata alam sekaligus konservasi, satwa di sini dibiarkan liar termasuk monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis.
Kamu pun bisa berinteraksi langsung dengan monyet-monyet tersebut.
Namun, interaksi di sini bukan berarti memegang dan berswafoto, lebih pada melihat dan mengambil foto dari jarak yang aman.
Bagi yang suka outbond, kamu bisa mencoba flying fox yang disediakan di sini.
Hanya dengan membayar Rp. 11.000, kamu sudah bisa merasakan sensasi berseluncur di atas sungai.
Rafting menjadi wahana lainnya yang patut dicoba, tetapi wahana ini cuma pada hari tertentu saja.
Jika merasa berat dalam meniti tangga masuk, kamu pun bisa menggunakan kuda yang ada di pintu masuk air terjun.
Puas mencoba aneka kegiatan, kamu bisa melepas lelah sambil makan di sekitar air terjun.
Salah satu masakan yang menjadi ikon di kawasan ini adalah sate kelinci.
Jika biasanya memakai nasi, sate kelinci di grojogan ini memakai lontong sebagai gantinya.
Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu terletak di lereng Gunung Lawu.
Lokasi persisnya di Jalan Raya Tawangmangu, Beji, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Kawasan wisata ini dapat dicapai dari dua arah berbeda yakni Solo atau Madiun, dengan estimasi sebagai berikut:
Ada dua jenis tiket masuk ke Grojogan Sewu, yang pertama untuk wisatawan domestik sebesar Rp22.000 dan tiket khusus wisatawan mancanegara.
Kawasan wisata ini bisa dikunjungi setiap hari, mulai dari pukul 08.00–16.00 WIB.