Stasiun Jember adalah stasiun kereta api utama di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IX Jember.
Semua kereta api dengan rute perjalanan yang melintas di jalur timur Jawa (Bangil–Kalisat–Banyuwangi) berhenti di stasiun ini.
Kereta api penumpang yang berhenti di stasiun ini melayani perjalanan dari dan menuju berbagai daerah di Jawa.
Di antaranya seperti wilayah Surabaya, Banyuwangi, Malang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, Semarang, Cirebon, dan Jakarta.
Stasiun Jember berstatus sebagai salah satu stasiun tua, yang hingga kini masih melayani perjalanan kereta api dengan rute dalam dan luar kota.
Stasiun peninggalan perusahaan kereta api Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS) ini, mulai beroperasi pada 1897, beriringan dengan dibukanya rute kereta api Klakah–Jember.
Tujuan utama pembangunan Stasiun Jember adalah untuk mengangkut sejumlah komoditas seperti gula, tembakau, dan karet di sekitar Jember.
Hasil bumi tersebut diangkut dengan kereta dari Stasiun Jember ke Pelabuhan Panarukan, kemudian diteruskan ke Rotterdam, Belanda.
Stasiun Jember berstatus sebagai stasiun besar tipe B.
Ini adalah stasiun kereta terbesar sekaligus terminal kereta api utama di Kabupaten Jember.
Lokasinya strategis karena dekat dengan alun-alun kota, sehingga pendatang tidak akan sulit untuk menemukan stasiun ini.
Dulu, stasiun ini memiliki ciri khas dari bunyi bel kedatangannya, yang mana suara tersebut mirip seperti nada bel kereta mainan anak-anak.
Hanya saja, bunyi bel ciri khas Stasiun Jember ini cuma bertahan hingga tahun 2015 saja.
Bunyi bel Stasiun Jember saat ini serupa dengan suara bel stasiun pada umumnya di Indonesia, bernada "Westminster Quarters".
Kemudian, Stasiun Jember pun kerap memainkan alunan musik daerah yang mengiringi kedatangan kereta.
Lagu yang biasa diputar adalah “Gelleng Sokoh,” sebuah tembang dari etnis Madura.
Lagu tersebut diperdengarkan secara instrumental, lengkap dengan irama musik patrol yang merupakan musik khas daerah Jember.
Berstatus sebagai stasiun besar dan utama di Jember, stasiun juga dilengkapi fasilitas umum untuk memberi kenyaman bagi para penumpang.
Di area stasiun telah tersedia area parkir kendaraan luas, minimarket, musala dan masjid, toilet, ruang tunggu dengan kursi nyaman, serta smoking area.
Secara umum, bentuk atau desain bangunan Stasiun Jember mirip dengan stasiun lama buatan SS pada umumnya.
Stasiun yang dibangun pada akhir abad ke-19 ini memiliki desain bangunan bergaya Indische Empire dan Neoklasik.
Desain tersebut memiliki ciri khas berupa teras depan yang lebar, gevel menonjol, dan kolom-kolom yang dipengaruhi gaya Yunani.
Stasiun Jember diasosiasikan sebagai stasiun satu sisi, karena merupakan bangunan tunggal sederhana yang memanjang dengan letak ruang linier yang sejajar dengan rel.
Dilansir dari laman PT KAI, emplasemen Stasiun Jember terdiri dari dua peron dengan dua jalur sepur yang dipisahkan oleh peron.
Kedua peron di stasiun ini memiliki perbedaan karakter yang menonjol.
Peron pertama merupakan bagian dari bangunan utama dengan atap pelana.
Peron ini memiliki struktur pendukung berupa kolom kayu dengan bentuk konstruksi konsol seperti payung.
Adapun peron kedua memiliki atap berbentuk “V” yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja.
Peron ini dilengkapi kanopi dengan bentuk memanjang.
Dalam perjalanannya, stasiun ini pernah mengalami beberapa kali renovasi, terakhir dilakukan sekitar tahun 2015 hingga 2016.
Pada renovasi terakhir itu, dilakukan pengecatan ulang pada kusen pintu dan jendela, plafon kanopi, serta memasang penghubung kanopi peron 1 dan 2.
Selain itu, renovasi ini bertujuan untuk menambah tempat penurunan pengunjung pada bagian depan stasiunnya.