icon
Rumah 123
Tersedia di App Store & Google Play
KPR
Panduan

Pura Pulaki: Sejarah, Asal Usul, Lokasi & Wisata

Pura Pulaki adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali.

 

Sekadar informasi, pura kahyangan jagat adalah pura-pura yang bersifat universal di mana seluruh umat bisa bersembahyang di dalam kompleksnya.

 

Pemugaran besar-besaran yang dimulai pada tahun 1984 telah mengubah Pura Pulaki menjadi kawasan yang megah dan luas, memungkinkan persembahyangan bersama yang nyaman.

 

Terletak di Teluk Pulaki, Pura Pulaki dibangun di lereng berbatu dekat pantai, menyuguhkan suasana alam yang indah.

 

Pura ini menjadi tempat sembahyang warga dan tujuan wisata budaya yang menarik bagi turis domestik maupun mancanegara.

 

Shankara Munduk.jpg

 

Lokasi Pura

 

 

Alamat Pura Agung Pulaki: Jl. Singaraja-Gilimanuk, Banyupoh, Kec. Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali 81155.

 

Berlokasi di tepi pantai Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Pura Pulaki menawarkan keindahan alam dan nuansa spiritual.

 

Terletak di lereng pegunungan berbatu yang dikelilingi semak-semak, pura ini menghadirkan pemandangan yang menarik.

 

Dengan akses langsung dari jalan raya Singaraja-Gilimanuk, lokasi ini mudah dijangkau.

 

Pengunjung Pura Pulaki bisa memanfaatkan area parkir yang luas dan tempat istirahat yang nyaman.

 

Sejarah Pura Agung Pulaki

 

sejarah pura pulaki.jpg
Foto: tacoz.fxt di TikTok

 

Terletak di Pantai Pulaki dengan sumber mata air tawar melimpah, kawasan Pura Pulaki diduga telah menjadi tempat persinggahan manusia sejak berabad-abad lalu.

 

Letaknya yang strategis menjadikannya tujuan bagi kapal dagang yang memerlukan pasokan air tawar selama pelayaran menuju Jawa atau Maluku.

 

Bukti sejarah menunjukkan adanya aktivitas perdagangan barter, dengan gula dari nira lontar sebagai salah satu komoditas lokal.

 

Data ini didukung oleh keberadaan pohon lontar yang masih tumbuh di sepanjang pantai dari Gilimanuk hingga Pulaki.

 

R123_tebus-rumah-1280-x-305 (1).jpg

 

Pada tahun 1920, Pulaki mulai terbuka untuk aktivitas ekonomi setelah disewakan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada seorang pengusaha Tionghoa bernama Ang Tek What.

 

Kawasan ini kemudian dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dan sejak itu mengalami berbagai proses pemugaran.

 

Pura Pulaki dan pesanakannya terus diperbarui untuk melestarikannya sebagai situs spiritual dan sejarah penting di kawasan ini.

 

Baca juga: Ulasan Pura Beji Sangsit, Pura Suci & Indah di Bali Utara

 

Peninggalan Sejarah

 

peninggalan sejarah pura agung pulaki.jpg
Foto: calonistridipo di TikTok

 

Pada tahun 1987, di sekitar kawasan Pura Pulaki, tepatnya di sekitar Pura Melanting, ditemukan beberapa alat perkakas yang terbuat dari batu, seperti batu picisan, kapak, dan alat-alat batu lainnya.

 

Temuan ini memberikan petunjuk penting mengenai latar belakang pendirian Pura Pulaki.

 

Dari segi tata letak dan struktur pura, dapat diduga bahwa Pura Pulaki awalnya terkait dengan sarana pemujaan masyarakat prasejarah.

 

Bangunan berundak yang ada di kawasan ini kemungkinan merupakan bagian dari tradisi pemujaan yang berkembang di masa lalu, menggambarkan pentingnya lokasi tersebut sebagai tempat spiritual sejak zaman prasejarah.

 

Bingin Sentosa.jpg

 

Asal Usul Pura Pulaki

 

asal usul pura pulaki.jpg
Foto: tacoz.fxt di TikTok

 

Pura Pulaki memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan perjalanan spiritual seorang resi bernama Dang Hyang Nirartha dari Blambangan, Jawa Timur, menuju Bali pada masa pemerintahan Dalem Cri Waturenggong (1460–1550 M).

 

Berdasarkan berbagai informasi yang kami himpun, ada beberapa kisah mengenai asal usul Pura Pulaki. Berikut selengkapnya.

 

Cerita tentang Istri Dang Hyang Nirartha

 

Dalam perjalanan spiritual Dang Hyang Nirartha, sang istri merasa lelah dan memilih menetap di Pulaki bersama anak-anaknya, sementara Dang Hyang Nirartha melanjutkan perjalanannya.

 

Penantian yang ternyata sangat lama membuat sang istri merasa frustrasi. Ia memohon kepada Dewata agar dirinya dan seluruh rombongannya diberikan kesabaran yang abadi.

 

Permohonan itu dijawab dengan syarat bahwa wujud mereka harus tetap terlihat oleh manusia. Tak lama, sambaran kilat dan suara guruh memecah keheningan, menandai momen transformasi mereka menjadi wong gamang, makhluk suci yang tak kasatmata.

 

Dipercaya, tempat moksa sang istri kemudian menjadi lokasi berdirinya Pura Agung Pulaki.

 

Baca juga: Pura Maduwe Karang: Sejarah, Desain Arsitektur, dan Lokasi

 

Cerita tentang Ida Ayu Swabhawa

 

Pura Melanting di dekat Pura Agung Pulaki memiliki kisah yang tak terpisahkan dari perjalanan Dang Hyang Nirartha.

 

Orang suci itu meninggalkan anak-anaknya di Desa Gading Wani saat melanjutkan perjalanannya ke Klungkung.

 

Janji untuk segera kembali tidak terpenuhi, menyebabkan putrinya, Ida Ayu Swabhawa, diliputi amarah dan kekecewaan.

 

Dalam kondisi ini, ia mengutuk dirinya sendiri bersama 8.000 pengikutnya menjadi wong samar, makhluk halus yang tak kasatmata.

 

Mangata Residence.jpg

 

Ida Ayu Swabhawa dan pengiringnya menetap di bawah pohon-pohon besar dengan sulur-sulur yang bergelayut, sebuah area yang kemudian menjadi lokasi Pura Melanting.

 

Keberadaannya dipercaya sebagai pelindung pasar, dengan peran menjaga harmoni dalam transaksi jual-beli.

 

Barang siapa yang melanggar etika dharma dalam berdagang akan mengalami gangguan dari Dewi Melanting dan pengikutnya.

 

Sebaliknya, mereka yang berjualan dengan menjunjung nilai-nilai dharma akan mendapatkan perlindungan darinya.

 

Pura Pulaki Dipercaya Pernah Hilang dari Pandangan

 

pura pulaki buleleng.jpg
Foto: tacoz.fxt di TikTok

 

Pura Pulaki berfungsi sebagai tempat suci sejak prasejarah hingga tahun 1489, ketika kehadiran Dang Hyang Nirartha menyebabkan perubahan besar.

 

Perubahan itu mencakup proses pralina Pura Pulaki, yang mengakibatkan tempat ini kosong selama lebih dari empat abad.

 

Pralina adalah salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan dalam Hindu yang bermakna peleburan. Dalam konteks ini, artinya pura tersebut "melebur" atau ditiadakan.

 

Setelah peristiwa tersebut, Pura Pulaki menghilang dari penglihatan sekala (dunia kasat mata), dan daerah ini tidak dihuni hingga sekitar tahun 1920.

 

Keberadaan Pura Pulaki, yang sempat hilang dari penglihatan, mencerminkan perjalanan panjang tradisi pemujaan di Bali, yang tetap hidup dalam ingatan dan kisah-kisah turun-temurun.

 

Baca juga: Pura Dalem Jagaraga: Keindahan Tersembunyi di Bali Utara

 

Piodalan Pura Agung Pulaki

 

sembahyang di pura.jpg
Ilustrasi sembahyang di pura: calonistridipo di TikTok

 

Pura Pulaki merupakan pusat dari rangkaian pura yang terletak di sekitarnya, mencakup Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Pabean, dan Pura Pemuteran.

 

Setiap pura dalam rangkaian ini memiliki peran penting dalam pelaksanaan upacara piodalan yang jatuh pada Purnamaning Kapat (hari perayaan umat Hindu yang jatuh pada malam bulan penuh).

 

Upacara dimulai di Pura Pulaki, dilanjutkan ke Pura Melanting, lalu Pura Kerta Kawat, dan berakhir di Pura Pabean.

 

Urutan ini mencerminkan hubungan erat antarpura yang saling mendukung dalam prosesi keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu di kawasan ini.

 

Akses Menuju Pura

 

akses menuju pura agung pulaki.jpg
Foto: calonistridipo di TikTok

 

Akses menuju Pura Pulaki terbilang mudah dengan jalanan yang sudah beraspal. Bagi yang ingin bepergian, bisa menggunakan kendaraan pribadi, mobil sewaan, hingga paket tur.

 

Berikut estimasi waktu perjalanan menggunakan mobil menuju Pura Pulaki dari daerah wisata terkenal di Bali:

 

  • 1 jam dari Pantai Lovina
  • 3 jam 15 menit dari Canggu
  • 3 jam 30 menit dari Ubud
  • 3 jam 40 menit dari Seminyak
  • 3 jam 40 menit dari Sanur
  • 3 jam 40 menit dari Gunung Batur
  • 4 jam dari Kuta
  • 4 jam 15 menit dari Nusa Dua
  • 4 jam 30 menit dari Uluwatu
  • 4 jam 30 menit dari Jimbaran

 

Jam Buka & Harga Tiket

 

Pura Agung Pulaki buka 24 jam.

 

Harga tiket masuk:

 

  • Rp 30.000/orang untuk wisatawan domestik
  • Rp 50.000/orang untuk wisatawan mancanegara.

 

Tips & Etika Mengunjungi Pura

 

etika mengunjungi pura.jpg
Foto: kd.astitiiiii di TikTok

 

  • Mengenakan pakaian sopan (menutupi bahu dan lutut)
  • Pahami aturan pura (tanya pada petugas, patuhi petunjuk)
  • Tidak berisik
  • Bijak dalam mengambil foto
  • Jaga kebersihan
  • Hindari memakai alas kaki di area suci
  • Menghormati upacara dan ritual

 

Gambar Tips dan trik
Solusi Miliki Hunian dengan KPR
Cicilan per bulan ringan, proses cepat, banyak pilihan bank, dan masih banyak lagi!
Ajukan KPR
Gambar Tips dan trik
Pindah / Take Over KPR
Saatnya pindah KPR (take over) ke bank lain dengan bunga tetap.
Ajukan Take Over
Gambar Tips dan trik
Simulasi KPR
Cek estimasi pembiayaan kredit rumah dengan kalkulator KPR Rumah123.
Hitung Sekarang

Hunian Dijual di Buleleng

Sewa Hunian di Buleleng

Bagikan