Pura Beji Sangsit di Buleleng, Bali, bisa jadi pilihan jika kamu ingin melihat keindahan dan kekhasan arsitektur pura Bali sekaligus keindahan alam.
Terletak di area seluas 2.500 m², pura ini dikelilingi panorama sawah yang hijau. Lokasinya juga dekat Pantai Sangsit, menciptakan suasana yang sangat khas Bali.
Sementara itu, struktur bangunan pura yang datar memudahkan akses wisatawan dan memberikan kesan megah yang unik.
Pura Beji dihiasi dengan relief dan ornamen yang menawan, terutama di Gedong Simpen, pelinggih utama di dalam pura.
Di setiap sudut atap, pengunjung bisa melihat patung ular naga, dan di puncaknya ada patung Dewi Sri serta burung kakak tua.
Ornamen ini merupakan ciri khas Bali Utara, yang juga muncul di pura-pura terdekat seperti Pura Meduwe Karang dan Pura Dalem Jageraga.
Ini menjadi nilai plus menarik bagi pengunjung yang menyukai seni ukir tradisional Bali.
Pura Beji juga terkenal dengan upacara Purnamaning Sasih Kapat, yang diselenggarakan setiap tahun pada hari piodalan (setiap purnama ketiga setiap tahun).
Puncak dari ritual ini adalah upacara Bukakak untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon kesuburan atas tanah.
Ayam dipersembahkan di pelinggih Dewa Ngurah Braban sebagai simbol Dewa Wisnu untuk memohon berkah.
Dengan mengunjungi Pura Beji, kamu tak hanya bisa berfoto dan melihat desain pura dan keindahan lingkungan alam. Kamu juga bisa menyaksikan pelestarian tradisi Bali otentik.
Baca juga: Pura Dalem Jagaraga, Keindahan Tersembunyi di Bali Utara
Alamat Pura Beji Sangsit: Jl. Raya Sangsit, Sangsit, Kec. Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali 81171.
Berdasarkan informasi dari Google Maps, jam buka Pura Beji Sangsit pukul 08.00-17.00 WITA setiap harinya.
Harga tiket masuk pura Rp10.000.
Pura terbagi menjadi 3 bagian. Bagian yang umumnya boleh dikunjungi siapa pun adalah Nista Mandala, yakni halaman terluar.
Pastikan kamu tidak memasuki Hutama Mandala yang letaknya di tengah dan Madya Mandala yang menjadi tempat pertunjukan.
Lantaran kedua bagian ini merupakan tempat untuk orang bersembahyang.
Baca juga: Pura Agung Jagatnatha, Tempat Ibadah Terbesar di Denpasar
Kenakan pakaian bersih, rapi, dan tertutup, dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Rambut juga harus rapi, tidak acak-acakan.
Menjaga sikap dan perkataan agar tidak mengganggu ketenangan dan kesucian pura.
Perempuan yang sedang haid, nifas, dan orang yang sedang berdarah dianjurkan agar tidak memasuki pura.
Pakailah baju atasan yang menutupi lengan dan celana atau rok di bawah lutut.
Jika kebetulan tidak membawa pakaian yang tepat, kamu bisa memakai jasa sewa pakaian untuk mengunjungi pura yang tersedia di sekitar lokasi pura.
Meski tidak wajib, kamu juga bisa menambahkan kain bali dan selendang pada pakaianmu sebagai simbol penghormatan terhadap kesakralan pura.
Informasi dari prasasti atau sumber tertulis tentang pura ini tidak ada. Sehingga yang menjadi acuan adalah sumber lisan dan catatan tokoh masyarakat lokal.
Dari sumber itu diketahui bahwa Pura Beji didirikan pada abad ke-15 sebagai tempat pemujaan desa oleh warga lokal.
Desa Sangsit sebelumnya dikenal dengan nama Desa Beji, sehingga nama puranya menggunakan kedua nama desa itu.
Pura Beji berhubungan erat dengan sistem pengairan teratur khas tradisional Bali sejak abad ke-11, yang disebut subak.
Karenanya pura ini termasuk “pura subak”, istilah yang disematkan untuk pura-pura yang memiliki sumber mata air.
Kata "beji" sendiri berarti permandian atau sumber air. Dan memang di area timur pura terdapat bekas sumber mata air yang dulunya berfungsi sebagai kolam.
Sumber mata air ini dipuja oleh para petani sebagai lambang kesuburan. Pada salah satu bangunan pura berdiri patung Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan Bali.
Dengan begitu, fungsi Pura Beji adalah untuk irigasi dan juga tempat pemujaan.
Bagi masyarakat Desa Sangsit, Pura Beji memiliki makna spiritual yang mendalam, terutama bagi para petani.
Sebagai pura subak, tempat ini menjadi sarana untuk memohon kesejahteraan dan keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi melalui manifestasi dewa-dewi, seperti Dewa Braban, Dewa Ayu Manik Galih, dan Dewi Sri.
Selain itu, pura ini memiliki kaitan spiritual dengan pura-pura lain, termasuk Pura Desa Pengastulan dan Pura Manasa Sinabun, yang memiliki makna khusus dalam memohon air suci serta perlindungan dari hama tanaman, memperlihatkan kuatnya tradisi dan kepercayaan masyarakat Bali terhadap Pura Beji.
Pura Beji Sangsit menonjol dengan keindahan arsitekturnya yang simetris dan megah. Pura ini mengikuti konsep arsitektur Bali Tri Mandala yang membagi area pura menjadi tiga bagian:
Pada bagian Nista Mandala terdapat Bale Kulkul, bangunan tinggi dengan kentungan besar di atasnya, yang berfungsi untuk memanggil masyarakat sekitar.
Transisi antara area pura ini dihubungkan dengan gerbang megah berukir indah, menciptakan perpaduan arsitektur yang cantik.
Setiap dinding Pura Beji dihiasi ukiran dan relief bergambar bunga serta tumbuhan, mencerminkan hubungan kuat antara pura dengan kesuburan dan alam.
Motif ukiran yang detail dan artistik ini memberikan kesan estetis sekaligus spiritual, di mana setiap ornamen memiliki makna simbolis dalam kepercayaan Hindu Bali.
Ornamen-ornamen ini bukan sekadar hiasan, tetapi juga mewakili doa dan penghormatan kepada alam sebagai sumber kehidupan.
Utama Mandala, bagian paling suci dalam pura, dipenuhi dengan pelinggih atau altar yang menjadi pusat persembahyangan masyarakat Hindu di Desa Sangsit.
Keindahan arsitektur dan keunikan ukiran menjadikan Pura Beji Sangsit populer sebagai lokasi wisata, termasuk untuk foto pre-wedding.
Di tengah rimbunnya pepohonan yang menambah kesejukan, Pura Beji tetap menjadi tempat sakral yang menggambarkan tradisi dan spiritualitas masyarakat Bali.